Mohon tunggu...
Dodi Bayu Wijoseno
Dodi Bayu Wijoseno Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, membuat hidup lebih indah

Penyuka Sejarah, hiking dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harimau Jawa, Masihkah Ada?

11 Oktober 2020   06:30 Diperbarui: 11 Oktober 2020   06:44 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ranu Tompe, danau misterius  di lereng Gunung Semeru yang berhasil ditemukan Tim Ekspedisi pada tahun 2013. Sumber gambar: wikimedia.org

Sejak beberapa tahun yang lalu, salah satu topik yang menarik perhatian saya adalah mengenai keberadaan satwa yang telah dinyatakan punah yaitu: Harimau Jawa yang memiliki nama latin Panthera tigris sondaica, harimau loreng asli dari tanah Jawa.

Sebagai seorang yang menyukai aktivitas hiking di alam seperti di wilayah pegunungan di seputaran Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur samar-samar saya masih mendengar nama kucing besar tanah Jawa tersebut masih disebut-sebut, baik sebagai satwa yang telah punah maupun sebagai satwa yang kemungkinan masih ada dan tersisa di pedalaman hutan-hutan terpencil di tanah Jawa ini.

Karena tertarik,  sebagai seorang awam maka saya mencoba melakukan penelusuran informasi terhadap beberapa artikel dan juga sejumlah penelitian mengenai upaya pembuktian keberadaan harimau loreng Jawa ini setelah dinyatakan punah oleh otoritas yang berwenang pada tahun 1980-an.

Menariknya, kalau kita googling dengan kata kunci Harimau Jawa maka  akan terlihat hampir setiap tahun ada sejumlah artikel yang mengulas mengenai Harimau Jawa ini, baik tentang kemungkinan penampakannya, jejaknya, dan upaya pembuktian sejumlah pihak mengenai keberadaannya. Hal ini menjadi bukti bahwa masih banyak orang yang berharap raja hutan tanah Jawa ini muncul kembali di alam.

Dari penelusuran itu pula saya menemukan foto hitam putih Harimau Jawa di alam liar yang berhasil diabadikan oleh Hoogerwerf pada tahun 1938 di Ujung Kulon.

Sepengetahuan saya foto Harimau Jawa hidup di alam liar tersebut adalah foto terakhir yang menjadi salah satu bukti otentik keberadaan harimau loreng di hutan tanah Jawa ini karena berpuluh-puluh tahun kemudian setelah foto tersebut tidak pernah ada lagi bukti otentik satwa legendaris tanah Jawa tersebut diabadikan dalam bentuk foto sedang berkeliaran di alam yang pada akhirnya berujung pada klaim kepunahannya.

Namun, ketiadaan bukti foto atau perjumpaan dengan Harimau Jawa tersebut sebenarnya juga tidak bisa memastikan sepenuhnya kalau Harimau Jawa benar-benar telah punah saat ini.

Sejumlah laporan temuan  jejak-jejak misterius di pedalaman hutan yang mirip dengan jejak Harimau Jawa dan laporan masyarakat pemanen hasil hutan yang mengaku melihat sosok sepert Harimau Jawa perlu ditelusuri dan diteliti lebih dalam lagi.

Harimau Jawa dinyatakan punah pada tahun 1980-an

Harimau Jawa di sebuah Kebun binatang di London, foto sebelum tahun 1940. Sumber gambar: F.W. Bond/wikimedia.org
Harimau Jawa di sebuah Kebun binatang di London, foto sebelum tahun 1940. Sumber gambar: F.W. Bond/wikimedia.org
Harimau Jawa merupakan satwa endemik tanah Jawa yang semasa hidupnya memiliki habitat tersebar di seluruh hutan Pulau Jawa. Harimau Jawa telah dinyatakan punah oleh otoritas berwenang pada tahun 1980-an dan IUCN (International Union for Conservation of Nature) pun sudah menunjukkan status punah (extinct) untuk Harimau loreng asli tanah Jawa ini, yang artinya Harimau Jawa sudah tidak ada lagi di alam maupun di lokasi penangkaran. 

Namun sebagaimana yang telah ditulisakan di awal, klaim kepunahan tersebut masih menjadi perdebatan di antara beberapa kalangan hingga hari ini karena masih ditemukannya sejumlah jejak yang mirip jejak Harimau Jawa di sejumlah hutan di tanah Jawa ini.

Belum lagi sejumlah laporan dari masyarakat pemanen hasil hutan yang masih mengaku melihat sosok harimau loreng meskipun laporan-laporan tersebut harus dikaji secara lebih mendalam lagi. 

Sebagai tambahan informasi, Indonesia memiliki tiga subspesies Harimau, yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan Harimau Bali (Panthera tigris balica).

Dari ketiga subspesies harimau tersebut hanya Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang saat ini masih eksis dan menjadi satwa yang dilindungi di Indonesia, kedua subspesies lainnya yaitu Harimau Bali (Panthera tigris balica) dan  Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah dinyatakan punah.

Perjalanan kepunahan Harimau Jawa, sang raja hutan tanah Jawa

Sedikit agak melebar dari pembahasan dan sebagai tambahan informasi, proses menyedihkan kepunahan Harimau Jawa ternyata sudah dimulai sejak jauh di masa lampau.

Pada masa lampau terdapat sebuah tradisi yang dikenal dengan nama Rampogan Macan sebuah tradisi yang mengorbankan Harimau dan kucing-kucing besar tanah Jawa lainnya seperti macan tutul dan macan kumbang.

Tradisi Rampogan Macan di masa lalu. Sumber gambar: Tropenmuseum/wikimedia.org
Tradisi Rampogan Macan di masa lalu. Sumber gambar: Tropenmuseum/wikimedia.org

Robert Wessing dalam artikelnya yang berjudul: A Tiger in the heart: The Javanese Rampok Macan" (1992), memaparkan tradisi yang biasanya dilakukan di alun-alun ini biasanya terbagi atas dua bagian: bagian pertama mengadu harimau atau macan tutul/kumbang dengan banteng/kerbau dan bagian kedua menombak harimau atau macan tutul/kumbang secara beramai-ramai yang dilakukan oleh orang-orang yang mengelilingi alun-alun dengan tombak panjang yang mereka bawa.

Dalam artikelnya, Robert Wessing juga memaparkan bahwa sejak abad ke-18 Rampogan Macan lazim diselenggarakan di alun-alun Keraton Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Pada tahun 1791, Rampogan Macan menjadi acara rutin ketika Raja Yogya atau Surakarta menerima tamu Eropanya. Penggambaran detail mengenai pertarungan antara kerbau dan harimau juga terdapat dalam buku terjemahan  yang berjudul: "Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa" karya Tim Hannigan (2018:296). 

Ada kemungkinan pula bahwa tradisi serupa ini telah ada pada abad-abad yang lampau meskipun tidak ditemukan catatan tertulisnya.

Harimau Jawa dan macan tutul/kumbang dikorbankan dalam tradisi Rampogan Macan di Kediri, foto sekitar tahun 1900. Sumber gambar: wikimedia org
Harimau Jawa dan macan tutul/kumbang dikorbankan dalam tradisi Rampogan Macan di Kediri, foto sekitar tahun 1900. Sumber gambar: wikimedia org

Perburuan besar-besaran kucing besar tanah Jawa untuk dikorbankan dalam tradisi Rampogan Macan telah menyebabkan populasi Harimau Jawa menyusut dengan cepat dari hutan-hutan di Jawa Tengah dan  merambat ke daerah-daerah sekitarnya.

Selain tradisi Rampogan Macan di masa lalu, masuknya senjata api era kolonial juga memberikan andil besar terhadap proses kepunahan Harimau Jawa. Dari catatan sejarah kita mengetahui bahwa pada abad ke-19 Belanda pernah menerapkan kebijakan tanam paksa.

Dengan kebijakan tersebut banyak hutan-hutan yang dibuka untuk pertanian dan perladangan sehingga  semakin mempersempit habitat Harimau Jawa. Karena habitatnya makin sempit dengan kehadiran manusia tidak jarang Harimau Jawa berkonflik dengan manusia dan manusia menganggap hewan tersebut sebagai pengganggu yang berbahaya.

Dengan senjata api, perburuan terhadap Harimau Jawa yang dianggap sebagai pengganggu kehidupan manusia saat itu semakin efisien akibatnya populasinya menyusut dengan sangat cepat dan mulai jarang terlihat di hutan-hutan yang dulu menjadi habitatnya. 

Berpuluh-pukuh tahun  setelahnya Harimau Jawa terus diburu agar tidak mengganggu kegiatan dan kehidupan manusia seperti supaya tidak memangsa ternak-ternak yang telah dipelihara, tidak mengganggu kegiatan perkebunan dan lain-lain sampai pada harinya kita semua tersadar bahwa sang raja hutan tanah Jawa itu sudah tidak pernah terlihat lagi di hutan.

Seekor Harimau Jawa berukuran besar yang ditembak di daerah perkebunan Banyuwangi tahun 1957. Sumber gambar: Facebook Javan Tiger Center
Seekor Harimau Jawa berukuran besar yang ditembak di daerah perkebunan Banyuwangi tahun 1957. Sumber gambar: Facebook Javan Tiger Center

Harapan akan kemungkinan kemunculan kembali Harimau Jawa di alam

Pada tahun 2013 secercah harapan pernah muncul ketika Tim Ekspedisi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), pada tanggal 2-11 Oktober 2013, menggelar ekspedisi untuk menemukan lokasi Ranu (danau) Tompe, sebuah danau terisolir serta sangat sulit dijangkau di lereng Semeru.

Keberadaan Danau tersebut hanya diketahui dari cerita dan citra satelit. Tim ekspedisi akhirnya berhasil menemukan danau ini, danau ini memiliki keanekaragaman hayati dan rantai makanan yang masih lengkap.

Ranu Tompe, danau misterius  di lereng Gunung Semeru yang berhasil ditemukan Tim Ekspedisi pada tahun 2013. Sumber gambar: wikimedia.org
Ranu Tompe, danau misterius  di lereng Gunung Semeru yang berhasil ditemukan Tim Ekspedisi pada tahun 2013. Sumber gambar: wikimedia.org
Dalam artikel berjudul " Melacak Jejak Harimau Jawa di Lereng Semeru" karya Zainul Arifin (liputan 6.com, 2017) dituliskan saat melakukan Ekspedisi Eksplorasi Ekologi Ranu Tompe pada tahun 2013 silam, tim ekspedisi menemukan bekas cakaran di pohon serta kotoran hewan di kawasan Ranu Tompe.

Bentuk cakaran horizontal, sedangkan bekas kotoran mempunyai diameter 3 sentimeter sampai 5 sentimeter. Di dalam kotoran terdapat bulu dan pecahan tulang. Tim ekspedisi saat itu meyakini bekas cakaran dan kotoran itu memiliki karakteristik seperti milik Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica dan bukan milik Macan Tutul jawa (Panthera pardus melas) namun hingga hari ini belum ada bukti foto otentik mengenai keberadaan Harimau Jawa di kawasan tersebut. Akses menuju Ranu Tompe ditutup hingga hari ini untuk kepentingan penelitian.

Berita yang lebih menghebohkan datang di tahun 2017 ketika sejumlah media massa memberitakan tentang adanya penampakan (dengan bukti foto dari Jagawana) kucing besar di Taman Nasional Ujung Kulon yang diduga sebagai Harimau Jawa sedang memangsa banteng.

Namun setelah verifikasi dan penelitian lebih lanjut oleh para ahli, disimpulkan bahwa kucing besar yang terekam dalam foto tersebut bukanlah Harimau Jawa, melainkan spesies Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) meskipun masih menyisakan pertanyaan siapakah yang membunuh banteng tersebut? tentu seekor karnivora yang besar dan kuat.

Sosok kucing besar yang awalnya diduga Harimau Jawa  di Ujung Kulon, namun akhirnya dipastikan itu Macan Tutul Jawa. Sumber gambar: TNUK/kompas.com
Sosok kucing besar yang awalnya diduga Harimau Jawa  di Ujung Kulon, namun akhirnya dipastikan itu Macan Tutul Jawa. Sumber gambar: TNUK/kompas.com
Di tahun 2020 ini muncul harapan yang lebih besar lagi akan kehadiran Harimau Jawa. Dalam pemberitaan kompas.com pada tanggal 9 Mei 2020 berjudul " Mirip Harimau Jawa Berhasil Dipotret Warga Pinggiran Hutan" .

Menurut pemberitaan tersebut pemotretan tidak sengaja itu berlangsung pada September 2018 lalu di salah satu hutan di Pulau Jawa (lokasi dirahasiakan), namun pemotret Harimau Jawa tersebut tidak mau namanya dipublikasikan.

Sosok diklaim Harimau Jawa yang berhasil diabadikan warga di pinggiran hutan di Jawa, September 2018. Sumber gambar: Peduli Karnivor Jawa/kompas.com
Sosok diklaim Harimau Jawa yang berhasil diabadikan warga di pinggiran hutan di Jawa, September 2018. Sumber gambar: Peduli Karnivor Jawa/kompas.com
Foto di atas yang  mirip sosok Harimau Jawa yang dinyatakan telah punah ini baru menyebar pada April 2020 melalui akun media sosial seorang peneliti Harimau Jawa dari Peduli Karnivor Jawa (PKJ), Didik Raharyono.

Sebagai catatan, Didik Raharyono sudah cukup dikenal sebagai peneliti Harimau Jawa dan karnivora-karnivora Tanah Jawa lainnya sehingga pengetahuannya dalam bidang ini sangat mumpuni, secara pribadi saya salut dan kagum atas upaya-upaya yang dilakukannya untuk membuktikan keberadaan Harimau Jawa dan menjaga kelestarian satwa-satwa lainnya.

Dalam pemberitaan tersebut dituliskan saat tiba di lokasi Didik langsung memverifikasi, mengamati dan mencemati serta mencocokkan keterangan pemotret. Mulai mencocokkan hutan yang ada dalam foto, kondisi tanah, genangan air hingga vegetasi dari daun dan ia menyatakan seratus persen sesuai antara foto dengan lokasi yang ia verifikasi.

Hingga saat ini ia terus memantau keberadaan Harimau Jawa tersebut dengan bekerjasama dengan masyarakat pinggiran hutan. Semoga keberadaan Harimau Jawa tersebut benar adanya sehingga bisa segera dipublikasikan informasinya dan dilakukan program-program nyata untuk melindungi kelestariannya.

Sebagai catatan menarik lainnya, pada tahun 2017 yang lalu sekelompok tim dari Animal Planet pernah melakukan pencarian Harimau Jawa di hutan Permisan, Meru Betiri, Jawa Timur.


Dari akun youtube milik Animal Planet di atas tersebut (pada menit video 3:12 ) terlihat bahwa drone pengindera panas milik tim Animal planet tersebut berhasil mendeteksi pergerakan seekor mamalia besar (diduga predator) yang mampu bergerak cepat dan senyap dalam gelapnya malam dan lebatnya hutan, hewan misterius tersebut lalu dikejar oleh para anggota tim.

Pada suatu kesempatan jarak antara tim Animal Planet dan  hewan misterius tersebut hanya beberapa meter saja sebelum  hewan misterius itu bergerak cepat dan menghilang di balik lebatnya hutan dan gelapnya malam.

Tim Animal Planet tidak berani memastikan bahwa mamalia besar tersebut adalah Harimau Jawa meski dari segi ukuran sangat memungkinkan, mereka hanya menyebutkan seekor mamalia besar.

Penelitian mengenai keberadaan Harimau Jawa memberikan informasi dan edukasi yang sangat berguna mengenai pentingnya konservasi alam

Kembali kepada pertanyaan awal Harimau Jawa...masihkah ada? meskipun saya pribadi berharap masih ada namun pada harinya waktulah yang akan menjawabnya dengan paparan ilmiah para ahli yang menelitinya disertai dengan foto/ kamera trap sebagai bukti otentik keberadaannya di alam.

Sejauh ini jika dilihat dari sejumlah informasi dan artikel yang bisa dipertanggungjawabkan kemungkinan tersebut memang masih ada. Semoga saya dan banyak orang lainnya masih dapat melihat sosoknya jika memang masih ada, tidak hanya dari cerita atau foto-foto hitam putih di masa lalu yang menjelaskan pada suatu masa tanah Jawa pernah memiliki harimau loreng.

Namun bagi saya pribadi sebagai seorang awam saya melihat ada hal yang lebih besar daripada apakah Harimau Jawa masih ada atau tidak, upaya pembuktian yang dilakukan oleh para peneliti secara langsung juga telah memberikan edukasi yang sangat berharga mengenai pentingnya konservasi alam beserta flora dan faunanya bagi kelanjutan kehidupan manusia itu sendiri untuk saat ini dan di masa yang akan datang. 

Edukasi yang mereka berikan mengingatkan kita untuk menjaga dan mempertahankan apa yang masih ada dari kepunahan dan itu menjadi tanggung jawab moral kita bersama. Apresiasi setinggi-tingginya untuk para peneliti yang telah memberikan banyak wawasan untuk kita semua.

Semoga pandemi COVID-19 ini segera berlalu dan kita bisa hiking lagi di gunung-gunung yang indah...sambil mempelajari kekayaan flora dan faunanya.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun