Selain fasih berbahasa Tionghoa, Johnston juga menguasai sejarah Tiongkok dan sudah membaca banyak karya sastra  klasik Tiongkok.  Karena terkesan dengan gurunya yang satu ini,  Pu Yi belajar dengan  giat dan semangat serta sangat mempercayai apa yang dikatakan dan diajarkan oleh Johnston. Pu Yi juga memberikan hadiah-hadiah kepada gurunya yang dikagumi ini. Selain sebagai guru dan sahabat, Johnston juga bertindak sebagai advisor diplomatik terutama setelah Pu Yi diusir keluar dari Istananya.
Menurut sejumlah sumber, Â Johnston termasuk salah satu dari sedikit sekali orang asing dalam sejarah yang diperkenankan masuk ke lingkaran dalam Dinasti Qing. Johnston mengarang buku berjudul "Twilight in the Forbidden City"(1934) yang menggambarkan pengalamannya di Beijing. Buku ini menjadi salah satu sumber untuk film karya Bernardo Bertolucci berjudul The Last Emperor.
5. Diusir dari Istana Kota Terlarang
Seiring dengan perjalanan waktu, Â pada tahun 1924 terjadi kudeta yang dilakukan oleh Jenderal Feng Yu-hsiang. Saat itu Presiden Republik dijadikan tahanan rumah dan Parlemen dibubarkan. Pada tanggal 5 November 1924, tentara Jenderal Feng Yu-hsiang datang ke Istana Kota Terlarang dan membawa dokumen yang berisi revisi terhadap Pasal-pasal tentang perlakuan yang menguntungkan. Secara singkatnya Titel "Kaisar Dinasti Qing yang Agung" akan dihapuskan untuk selama-lamanya dan hak yang dimiliki Pu Yi akan sama dengan hak warga negara lainnya. Selain itu harta milik pribadi anggota Dinasti Qing akan tetap menjadi milik pribadi, hanya milik umum yang akan diambil republik
Prajurit Jenderal Feng Yu-hsiang memaksa Pu Yi dan keluarga untuk meninggalkan Istana hari itu juga dan untuk pertama kalinya Kaisar meninggalkan Istana Kota Terlarang untuk tidak kembali lagi. Pu Yi menuju kediaman ayahnya, namun segera dia akan keluar dari kediaman ayahnya untuk sementara waktu tinggal di kedutaan Jepang hingga pindah ke sebuah tempat di Tientsin (Tianjin) yang masih berada dalam concession atau kontrol Jepang  pada tahun 1925. Setelah pengusirannya dari Istana Kota Terlarang Pu Yi banyak menjalin komunikasi dengan pihak Jepang dan mendapatkan perlindungan dari mereka.
6. Menjadi Penguasa Boneka di Negara Manchukuo
Melansir informasi dari encylopaedia britannica.com , Manchukuo (Manchuria) adalah negara boneka yang dibuat oleh Jepang pada tahun 1932. Pada tahun 1931 Jepang menganggap bahwa ekspansi ke Manchukuo adalah hal penting untuk dilakukan sebagai bukti status Jepang sebagai kekuatan dunia yang baru. Pada tahun 1931 pasukan Jepang merancang serangan terhadap pasukan Tiongkok di sana dan pada tahun 1932 Manchukuo diproklamirkan sebagai wilayah "merdeka".
Keinginan  besar  Pu Yi untuk menjadi Kaisar kembali membuat ia mendekati Jepang dan meminta untuk diangkat sebagai penguasa Manchukuo (Manchuria). Permintaannya menjadi penguasa Manchukuo dikabulkan Jepang, namun Pu Yi  belum sadar bahwa ia hanya dijadikan penguasa boneka oleh Jepang sementara kontrol sesungguhnya berada penuh di tangan Jepang yang menjadikan Manchukuo sebagai basis untuk ekspansinya ke Asia
Ketika Pu Yi sadar dia hanya dijadikan penguasa boneka, semua sudah terlambat apalagi dia kurang kompeten dalam menjalankan pemerintahannya sehingga rakyat Manchukuo masih jauh dari kata sejahtera. Selain itu, Â Pu Yi tidak mampu mengontrol kekacuan yang diakibatkan gerakan gerilya yang dilakukan oleh tentara Manchuria, geng-geng sipil bersenjata dan simpatisan partai komunis Tiongkok yang menentang invasi Jepang di Manchukuo.
7. Akhir Kehidupan Kaisar Pu Yi
Di tahun 1945 Jepang sudah benar-benar terdesak di medan pertempuran Pasifik dan akhirnya menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu setelah dua kotanya: Hiroshima dan Nagasaki hancur di bom atom oleh pesawat pembom jarak  jauh B-29 milik AS. Pasukan Uni Soviet pun akhirnya berhasil menduduki Manchukuo dan Pu Yi  tertangkap oleh Pasukan Merah Soviet tersebut. Sejumlah sumber menuliskan setelah Mao Zedong dan Partai Komunis China mendirikan Republik Rakyat China di tahun 1949, negosiasi antara Soviet dan Republik Rakyat China  waktu itu akhirnya mengembalikan Pu Yi ke Tiongkok.