Mohon tunggu...
Dodi Bayu Wijoseno
Dodi Bayu Wijoseno Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, membuat hidup lebih indah

Penyuka Sejarah, hiking dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengunjungi 5 Kelenteng Bersejarah di Ibu Kota

26 Januari 2020   21:57 Diperbarui: 26 Januari 2020   22:20 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lilin-lilin besar di bagian depan Kelenteng Ancol. Sumber gambar: dok.pribadi

Masuk ke bagian dalamnya, Kelenteng ini begitu semarak dengan lampion di atas langit-langitnya. Lilin-lilin besar berwarna merah menyala di tiap-tiap Altar pemujaannya.

Lampion yang menggantung indah di bagian dalam Kelenteng. Sumber gambar: dok.pribadi
Lampion yang menggantung indah di bagian dalam Kelenteng. Sumber gambar: dok.pribadi

 Secara historis Kelenteng Jin de yuan memiliki posisi yang penting bagi umat Konghucu dan Budha di Jakarta.

Bagian dalam Kelenteng Jin de yuan. Sumber foto: dok.pribadi
Bagian dalam Kelenteng Jin de yuan. Sumber foto: dok.pribadi
Dalam buku "Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta" A. Heuken, Sj (1997: 181) menuliskan pada sekitar tahun 1650-an Letnan Tionghoa Guo Xun-guan mendirikan sebuah Kelenteng untuk menghormati Guan-yin di Glodok. Guan yin adalah Dewi belas kasih Budhis yang lazim dikenal sebagai Dewi Kwan-Im.

Lebih lanjut dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 1755 seorang Kapten Tionghoa menamai kembali Kelenteng yang dipugar ini dengan nama Jin-de yuan- "Kelenteng Kebajikan Emas". Orang setempat menyebut Kelenteng ini Kim Tek I. Pada dasarnya Kelenteng ini bercorak Budhis dan dahulu delapan belas orang biksu tinggal dalam Kelenteng ini. Namun demikian beberapa unsur Taois ditemukan juga.

3. Kelenteng Toasebio (Vihara Dharma Jaya Toasebio)

Susunan lilin di sepanjang koridor pintu masuk menuju Kelenteng Toasebio. Sumber gambar: dok.pribadi
Susunan lilin di sepanjang koridor pintu masuk menuju Kelenteng Toasebio. Sumber gambar: dok.pribadi
Tidak jauh dari Kelenteng Jin de yuan dan masih berada di Jalan Kemenangan 3 terdapat Kelenteng Toasebio atau dikenal dengan nama Vihara Dharma Jaya Toasebio.

Setelah memasuki gerbangnya akan terlihat lilin merah menyala yang disusun  sepanjang koridor pintu masuk ke arah dalam Kelenteng. Meski susunan lilin tersebut terlihat instagramable dan bisa menjadi spot foto yang bagus, tingkah laku dan perilaku kita tetap harus dijaga karena Kelenteng adalah sebuah tempat ibadah dan bagi kita yang bertamu harus bisa  menjaga sikap agar umat yang beribadah tidak terganggu kekhusyukannya.

Dalam laman www. viharatoasebio.com dituliskan bahwa Kelenteng Toasebio adalah salah satu Kelenteng tua yang masih berdiri di Jakarta.  Toasebio sendiri adalah gabungan dari dua kata yakni Toase yang berarti pesan dan Bio adalah Kelenteng. Kelenteng yang dibangun di tahun 1755 ini menyembah dewa Qing Yuan Zhen Jun (Tjeng Gwan Tjeng Kun).

Sewaktu mengunjungi Kelenteng ini terlihat banyak orang sedang khusyuk berdoa di bagian dalam Kelenteng. Secara umum Kelenteng atau Vihara ini mempunyai ciri khas yang hampir sama dengan Klenteng-Klenteng lainnya di Jakarta. Kelenteng atau Vihara ini  didominasi warna merah dengan ornamen naga di sudut atapnya.

Lampion di atas Kelenteng Toasebio yang menambah semaraknya suasana. Sumber gambar: dok.pribadi
Lampion di atas Kelenteng Toasebio yang menambah semaraknya suasana. Sumber gambar: dok.pribadi
Menurut sejumlah sumber informasi sejarah, Kelenteng ini menjadi saksi bisu tragedi yang menimpa warga etnis Tionghoa di dalam kota Batavia pada tahun 1740. Tindakan dan kebijakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu A. Valckenier menyulut kerusuhan dan menimbulkan tragedi pada warga etnis Tionghoa di dalam kota Batavia di tahun tersebut. Karena tindakan dan kebijakannya tersebut A. Valckenier ditahan dan dipenjarakan atas perintah pimpinan tertinggi kumpeni di Amsterdam ( A. Heuken Sj, 1997:87).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun