Mohon tunggu...
Dodi Ilham
Dodi Ilham Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1. General Secretary of Centre for National Security Studies (CNSS) Indonesia. 2. SekJend Badan Pekerja Pelaksana Agenda Rakyat (BPP-AR) Nasional. 3. CEO of Revolt Institute.

Selanjutnya

Tutup

Politik

A Man Behind The Gun

4 Februari 2016   23:16 Diperbarui: 4 Februari 2016   23:36 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah "A Man Behind The Gun" bukanlah kelakar banal, namun sering saya temui. Sebagai contoh, saya mempunyai seorang kawan photografer, ia mampu membuktikan istilah tersebut dengan mengajak prhotografer pemula memotret sebuah objek dan peristiwa serta momen. Ia hanya menggunakan kamera poket sedangkan photografer pemulanya menggunakan kamera profesional. Hasilnya? Amazing! Hasil pemotretan kawan saya adalah hasil photografi profesional sedangkan photografer pemulanya menghasilkan photografi yang terlampau biasa saja.

Ketika saya membaca buku novel SAMURAI pun, saya menemukan isyarat A MAN BEHIND THE GUN. Dari buku tersebut saya mendapatkan hikmah bahwa: "KEHEBATAN DAN KEKUATAN SEBUAH SAMURAI BUKANLAH PADA MATERIAL SAMURAI ITU DIBUAT NAMUN PADA SIAPA YANG MEMEGANG DAN MENGGUNAKAN SAMURAI TERSEBUT".

Di saat saya kuliah kedokteran, dosen saya yang ahli bedah mengatakan: "PISAU AKAN BERMANFAAT UNTUK KEMANUSIAAN BILA KAMI PARA AHLI BEDAH MENGGUNAKANNYA, TAPI PISAU BISA MENJADI SEBUAH TINDAKAN KEJAHATAN BILA DIGUNAKAN OLEH PARA PENJAHAT UNTUK MERAMPOK DAN MEMBUNUH ORANG LAIN."

Di tahun 2012, saya pernah diundang oleh komunitas yang mengklaim bahwa mereka adalah KOMUNITAS PETISI TERBESAR DUNIA pada sebuah acara LAUNCHING EKSISTENSI KEBERADAAN mereka di Indonesia. Komunitas ini dihadiri oleh anak-anak muda yang tidaklah berlatar belakang ideologis dan visi besar akan nasionalisme dan kebangsaannnya sendiri, namun berlatar belakang pragmatis, oportunis dan hedon. Dalam menjalankan aksinya, mereka menggunakan sosial media. Mereka membuat sebuah petisi hanyalah berdasarkan berita yang berkembang di media-media baik mainstream maupun non mainstream, tanpa menggali dan mengkaji berita tersebut dalam riset yang serius.. HP/ sellular menjadi SENJATA mereka dalam mensosialisasikan aksi mereka.

Kamera di tangan yang baik akan mengabadikan moment-moment terindah dan makanan-makanan terlezat dalam hid up kita. Kamera di tangan yang sebaliknya akan menghasilkan dan menyebarluaskan foto-foto yang tidak layak di pandang mata anak-anak kita.

Senjata di tangan yang baik akan menjadi pembelaan diri dan perlindungan atas nyawa. Senjata di tangan yang sebaliknya bisa jadi menghilangkan nyawa.

Pisau di tangan seorang koki akan menjadi karya seni kuliner yang menggungah selera. Pisau di tangan seorang penjahat akan digunakan untuk mengancam korban agar memenuhi keinginannya.

Ilmu keuangan di tangan yang baik akan menjadikan hidup lebih tertata. Ilmu keuangan di tangan yang sebaliknya akan merugikan orang lain bahkan negara.

Hipnotis di tangan terapis bisa menjadi metode penyembuhan yang luar biasa. Hipnotis di tangan penjahat akan menguras harta bahkan nyawa korbannya.

Dan masih banyak lagi alat dan teknologi yang bagaikan pisau bermata dua yang betul-betul seimbang manfaat dan mudharatnya.

Namun bagaimana jika teknologi yang tercipta menjadi lebih cenderung mengakibatkan ketidaknyamanan pihak lain – jika tidak bisa disebut sebagai kejahatan – meski di sisi lain juga bisa menghasilkan keuntungan?

Senjata penghancur massal, di satu sisi menghasilkan uang, lapangan pekerjaan dan meminimalkan korban nyawa tentara, Namun sisi lain digunakan untuk menghancurkan suatu negara.

Software penembus anti spamming, di satu sisi menguntungkan para marketing dan membuat bisnis berputar, namun di sisi lain mengganggu kenyamanan pengguna email.

Pencipta virus komputer dan para hacker penembus firewall, di satu sisi meningkatkan bisnis bagi pencipta anti virus dan firewall, namun di sisi lain menghancurkan data-data penting yang telah susah payah dibuat dan disimpan dan merusak jaringan serta tampilan WEB orang lain.

SMS Promosi Premium yang bekerja sama dengan provider seluler dan Mall, di satu sisi merupakan jalur promosi dengan biaya cukup rendah, jangkauan luas dan terarah, serta hasil yang mungkin cukup bagus, namun di sisi lain cukup mengganggu kenyamanan pengguna HP yang menganggap HP adalah adalah nomor kontak yang cukup pribadi (yang jelas cukup mengesalkan bagi saya menghapus sms promosi LBA-TSel setiap kali saya mendekati Mall Central Park, sedangkan saya setiap pagi dan sore harus melewati Mall tersebut untuk berangkat kerja dan pulang ke rumah hiks…).

SMS Promosi Kredit Tanpa Agunan, di satu sisi memudahkan pekerjaan marketing loan dan orang yang mungkin kepepet dana sehingga membutuhkan, namun di sisi lain mengesalkan bagi orang yang menyadari bahwa kredit dengan bunga yang tinggi bukanlah merupakan tambahan uang, melainkan pinjaman yang pada akhirnya malah menjadi beban.

Dan mungkin masih banyak lagi jenis teknologi yang lebih cenderung mengakibatkan ketidaknyamanan pihak lain.

Ketika teknologi yang lebih cenderung mengakibatkan ketidaknyamanan pihak lain dan dunia maya dipersatukan, Bayangkan besarnya efek yang bisa ditimbulkan.

Saya melihat dan mencermati banyak kawan-kawan aktivis di sekitar saya yang membuat organisasi berbagai jenis dan karakter. Ada yang fokus pada masalah hukum, soal HAM, soal kebijakan dalam negeri, soal kelautan, soal geopolitik nasional dan internasional dsbnya. Dan ada juga yang terjun ke partai politik. Hikmah apa yang saya dapat?

"BUKANLAH KEHEBATAN DAN KEKUATAN ORGANISASI/ PARTAI POLITIK ITU TERLETAK PADA INFRASTRUKTUR, ASET DAN "ALAT PERANG" YANG MILIKINYA, NAMUN KEKUATANNYA ADALAH PADA PARA AKTIVISNYA YANG MEMILIKI VISI BESAR AKAN IDEOLOGI YANG DIANUTNYA!"

So, melihat organisasi yang menjamur dan sistem MULTI PARPOL kita saat ini, satu saja menjadi kata kuncinya UNTUK MELIHAT KEKUATAN DAN KEHEBATAN DARI ORGANISASI ATAU PARPOL TERSEBUT, yakni:
"BAGAIMANA BESAR OTORITAS PARA AKTIVISNYA DI DALAM ORGANISASI ATAU PARPOL TERSEBUT?"

Kasus Masinton Pasaribu, bisa saja sebuah CHARACTER ASSASSINATION Parpol yang menaungi dan menghantarkan Masinton sebagai Wakil Rakyat di Parlemen dimana Masinton sebagai salah satu A MAN BEHIND THE GUN dari Kekuatan Parpol tersebut. Ada upaya PELEMAHAN, PENGGEMBOSAN DAN PEMBUSUKAN PERAN PARPOL YANG MENAUNGI PARA AKTIVISNYA. Ada upaya GENOCIDE PERAN POLITIK PARA AKTIVIS DALAM KANCAH POLITIK NASIONAL INDONESIA!

‪#‎RAPATKANBARISAN‬
#SIAGAAKTIVIS

MERDEKA 100%
Dodi Ilham

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun