Selama menghirup udara terali besi Sinwar terus belajar. Ia mahir berbahasa Hebrew dan sering menerjemahkan buku-buku yang dilarang pemerintah Israel sekaligus secara rahasia menyebarluaskannya ke sesama tahanan. Micha Kobi yang pernah menginterogasi Sinwar mengakui bahwa Sinwar memahami secara dalam strategi kontra terorisme Israel, masyarakat, budaya dan gaya hidup masyarakatnya.
Tahun 2011 Sinwar dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran dengan seorang tentara Israel Gilad Shalit. Sinwar dibebaskan bersama ribuan tahanan warga Palestina lainnya. Sejak itu karirnya di Hamas meroket. Tahun 2017 ia diangkat sebagai pimpinan Hamas garis kedua di bawah Ismail Haniyeh. Tahun 2021 ia terpilih kembali dan ikut perang 11 hari yang diberi nama pedang al-Quds.
Kini Yahya Al-Sinwar telah pulang keharibaan-Nya. Di bagian akhir kata sambutan novelnya ia menulis:" Saya mendedikasikan novel ini kepada mereka yang hatinya melekat pada tanah Isra dan Mi'raj, dari sungai ke samudra, memang, dari samudra ke samudra"
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H