Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Habibie dan Surat Tanggal 15 Juli

13 Juli 2019   08:18 Diperbarui: 13 Juli 2019   08:25 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal peristiwa itu diakui terjadi secara masal dan dilakukan ditengah keramaian massa. Selain adanya pengakuan korban kepada para relawan, peristiwa perkosaan masal ternyata bukanlah yang pertama kali terjadi. Peristiwa yang hampir sama menimpa perempuan di Aceh (1976-2005) dan Timor Leste (1976-1999) (Anggraini,hlm166-17).

Posisi pemerintah terhadap perkosaan massal diwakili oleh Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto yang mengaku sudah mengunjungi beberapa rumah sakit termasuk di Penang. Namun korban perkosaan tidak ditemukan sehingga ia berkesimpulan tidak terjadi perkosaan di tengah kerusuhan (Anggraini, hlm xvi). 

Aparat pemerintah yang juga tidak mempercayai telah terjadi perkosaan masal adalah Menteri Negara Urusan Peranan Wanita melalui sikap diamnya. Kondisi ini disikapi Melani Budianta dengan membuat dengan surat terbuka berjudul "Saya Kapok Jadi Wanita' yang dimuat surat kabar Media Indonesia (hlm 78).

Meskipun peristiwa perkosaan massal tersebut terus dipertanyakan berbagai pihak namun upaya meyakinkan pihak penguasa akhirnya berbuah manis dengan munculnya surat presiden yang mengutuk  peristiwa tragedi nasional tersebut. Surat itu dibacakan Presiden Habibie dan ditayangkan langsung televisi-televisi nasional tanggal 15 Juli 1998. Lengkapnya isi surat tersebut adalah:

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah saya mendengar laporan dari Ibu-ibu tokoh Masyarakat Anti Kekerasan terhadap Perempuan, dengan bukti-bukti yang nyata dan otentik, mengenai kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apapun juga di bumi Indonesia pada umumnya dan khususnya yang terjadi pada pertengahan bulan Mei 1998, mengatakan penyesalan yang mendalam terhadap terjadinya kekerasan tersebut yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Untuk hal itu, saya menyatakan bahwa pemerintah akan proaktif memberikan perlindungan dan keamanan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menghindari terulangnya kembali kejadian yang sangat tidak manusiawi tersebut dalam sejarah bangsa Indonesia.

Saya harapkan kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melaporkan segera aparat pemerintah jikalau melihat ada kecenderungan ke arah kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apapun juga dan di manapun juga.

Oleh karena itu, saya atas nama pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia, mengutuk berbagai aksi kekerasan pada peristwa kerusuhan di berbagai tempat secara bersamaan, termasuk kekerasan terhadap perempuan.

Assalamu alaikum Warahmatulah Wabarakatuh

Jakarta, 15 Juli 1998

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun