Upaya Mendikbud Muhadjir Effendi untuk membentuk siswa yang disiplin, cinta tanah air dan siap membela bangsanya tentu patut kita dukung. Meskipun demikian Indonesia bukanlah Turki. Kedisiplinan, cinta tanah air dan kerelaan membela bangsa juga banyak bertebaran di lembaga kehidupan masyarakat yang lain.Â
Di lingkup kesenian misalnya sebuah orkestra yang berisi melodi mendayu atau bersemangat tidak pernah lahir jikalau tanpa kedisiplinan. Menyelaraskan bunyi dalam melodi dari berbagai alat musik memerlukan ketrampilan sekaligus kerjasama yang muncul bukan dari upaya semalam. Di dalam dunia kesenian kedisiplinan tidak bertentangan dengan kreatifitas yang selalu berdasarkan kebebasan.
Kedisiplinan, cinta tanah air dan kerelaan membela bangsa juga dimiliki dunia olahraga. Medali olimpiade, asian games, sea games dan PON serta kejuaraan lainnya hanyalah buah perjuangan yang lahir dari kedispilinan dan kecintaan agar nama bangsa Indonesia harum di lingkup dunia. Semua kedisiplinan itu bisa ditularkan dan disosialisasikan kepada para peserta didik sesuai usia dan kematangan mereka.Â
Di atas upaya kedisiplinan, kecintaan dan kerelaan membela tanah air maka pendidikan berpikir kritis harus menaungi segala upaya tersebut. Karena berpikir kritis bagian penting kemanusiaan bangsa Indonesia menghadapi dunia yang penuh persaingan dan penaklukan.
Di era reformasi ini upaya militerisme dan militerisasi akan mendapat resistensi masyarakat. Trauma 32 tahun bersama rezim orde baru yang militeristik tidak mudah hilang apalagi oleh para korban dan keluarganya. Itulah sebabnya kerjasama Mendikbud dan Panglima TNI melahirkan pro konta di masyarakat. Karena dispilin, cinta tanah air dan semangat bela bangsa bukanlah milik mereka yang bersenjata saja. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H