Pada sutu malam, kopi hampir habis, lalu aku bertaanya, puisi apa itu menurut-mu?
Puisi adalah:
1. karya sastra --- normatif
2. tempat main-main --- tidak sungguh-sungguh
3. sikap hidup --- rada arogan
4. ibadah --- pura-pura takwa
5. pengalaman --- mungkin
6. karma --- bisa jadi
Seseorang menjawab:
Puisi adalah
kebanyakan tulisan (doang)
Aku jelaskan:
Bisa apapun, mengaku apapun
Tapi begini:
Energi tak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan, manusia hanya bisa mengkonversi (mengalihkan). Dalam mengkonversi energi, maka akan berlaku hukum pantul: Sudut datang sama dengan sudut pergi. Dalam bahasa relegi, puisi adalah karma, pahala, darma
Barangsiapa menanam biji tomat ia akan memanen tomat. Di mana tempatnya, dari biji jenis tomat sayur apa tomat apel, atau dari yang lainnya? Maka itulah yang akan dipanen, menurut hukum pantul.
Barangsiapa menanam biji tomat, jangan berharap panen cabe
Barangsiapa menggampangkan, ia akan dianggap gampangan
Barangsiapa sungguh-sungguh, ia akan sampai
Sesungguhnya kita semua bebas dan merdeka, mau apapun, hanya saja, kita dibatasi oleh keterbatasan dan atau ketidakmampuan kita, bahkan kebebasan kita berhadapan dengan kebebasan orang lain.
Anda bebas menamparku, dan aku bebas membalasnya!
Lalu buat apa menulis puisi, apa hanya buang-buang waktu?
Maka hukum pantul akan berlaku
Siapa pernah menarik nafas, ia akan melepaskannya
Maka mari menengok ke belekang, bukan untuk berkubang, tapi untuk bercermin, dan kira-kira harus bagaimana melangkah ke depan.
Sudah apa saja kita dengan 'puisi'? itu nengok ke belakang
Mau apa kita dengan puisi? itu rencana kini dan ke depan
Kita lihat ke belakang, dengan puisi kita sudah apa saja, dan apa yang dipantulkan puisi kepada kita?
Lalu ia berkata lagi:
Iya, betul Pak. Intinya, mau dijadikan bahan cuan, ya mangga. mau dijadikan bahan masturbasi (kasarnya) ya silakan.
Saya pribadi, masih elab-elob belum luak-leok. masih slow motion, pak.
Suatu hari, jika ada kuncinya (sudah ditemukan lagi) dia akan menuntunku menuju kemahnya yang hangat dan benderang.
(pesan untuk puisi yang pergi)
Lalu aku berkata:
Nah maka, dengan puisi, aku bermaksud menyampaikan pemberitahuan, bahwa kita itu punya potensi yang dapat digali melalui kesadaran, dijabarkan dengan kewarasan, dan disikapi dengan kewajaran.
Sadar bahwa, oh ya, selama ini dengan puisi kita sudah ... atau baru ... itu akan meningkatkan setidaknya inspirasi untuk merenung jauh ke dalam diri, ke wilayah ananing ning anuning nang, sangkan paraning dumadi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H