Mohon tunggu...
Doddi Ahmad Fauji
Doddi Ahmad Fauji Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis Mandiri, penulis puisi, aktivis tani ternak

Another Voice

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Amor

30 Mei 2022   19:32 Diperbarui: 31 Mei 2022   00:21 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Queen, sejak kita terhubung kembali

pada ingatan masa silam

sesuatu yang menyenangkan

adalah saling menakar gejolak

Setiap yang tumbuh

selalu memendarkan gairah

maka kudengarkan baik-baik

saat suara-mu menumbuhkan kenangan

yang bagai berkelana bolak-balik

bertawaf dalam ubun-ubunku

Queen, puisi ini

kusempurnakan di akhir Desember

kalender akan ditanggalkan dari dinding

tapi cintaku, seperti kasih ibu

tak mengenal musim dan tak bertepi

tak akan pernah tanggal dari apapun

Cintaku nyata seperti merah biji saga
dan kuning kulit jeruk lemon matang

betapa cerlang dan menggairahkan

lalu hujan turun

anak-anak menari riang

dan rumput putri malu ikut bangkit

Ada yang bangkit

dan berkata-kata di hatiku

seagung aum singa dan derap bison

diimbuhi hujan gerimis yang ritmis

dan kuda-kuda menari

dalam guyuran hujan

Sejak itu, sejumlah rasa menjalar

seperti sinyal yang merambat begitu cepat

seakan hendak membukakan keran

di keleluasaan langit,

lalu hujan turun dengan derasnya:

hujan cinta yang sulit dijelaskan

Kuukir rasa yang menjalar itu

menjadi artefak, mewujud totem

jadi warna-warni pelangi

rona rinai sejarah hidup

hidup kita yang terjanji

nun di rimba misteri

Aku kadang ragu, rasa apa sebenarnya

yang merimba-jalar itu?

namun aku yakin

bangau selalu pulang ke pelimbahan

digerakkan oleh renjana

dan janji pada kesetiaan

juga aku yakin, langkahku

sedang menempuh jalan yang benar

Langkah selalu datang ke arah-mu

dari berbagai kemungkinan

aku selalu berharap

sebelum sampai pintu gerbang batin-mu

puisi yang ini, dapat mewakili

kesetiaan dan keseluruhanku

yang menjadi tamu abadi

hanya dan hanya

di ruang batin-mu

Izinkan aku bertamu

dan bukalah pintu kesempatan

Sesungguhnya

tanpa harus menunggu restu

aku telah menjadi tamu abadi

selalu sigap datang

bahkan tanpa diminta

ketika kau

menghadapi saat-saat paling rawan

digempur seribu rasa bimbang

yang mengepung dari berbagai arah

Aku datang kepada-mu

dengan hatiku yang bergemuruh

Gemuruh hatiku adalah tangis bayi

yang menyusu pada Ibu Bumi

dan membuka diri untuk ditempa

oleh kemaha-takberhinggaan alam

gemuruh hatiku, adalah murid

yang tekun belajar pada kehidupan

gemuruh hatiku

rajin mencerna amanat orang-orang bijak

selalu haus menyerap

kegelisahan para sastrawan

Di lain waktu, gemuruh hatiku

menjelma raung sirine ambulance

yang begitu mengikir hatiku

saat mengantarkan ayah-ibuku

ke peristirahatan terakhirnya

Gemuruh hatiku

mewakili tangisan lirih seorang ibu

yang ditinggal pergi

oleh anak kesayangannya

Gemuruh hatiku

menjelma ketabahan seorang ayah

yang mendapati putri tunggalnya

telah diperdaya oleh gerombolan srigala

Gemuruh hatiku

adalah gelak tawa anak-anak

saat menggembalakan imajinasinya

Gemuruh hatiku selalu husyu bersujud

dalam tiap helaan nafas

Gemuruh hatiku selalu menyebut nama-mu

sebelum dan sesudah sebuah perkara

kumasuki dengan seluruh kegembiraan

Kini, gemuruh hatiku adalah puisi yang ini

yang mengawali dan mengakhiri barik

dengan menghadirkan diri-mu

dalam larik-lariknya

Bandung, 2018-2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun