Dalam bukunya, Albert Camus melukiskan kejengkelannya dengan orang-orang beragama yang melakukan loncatan iman, bagi mereka masa depan sorga itu lebih berharga daripada hidup sekarang ini yang diberikan Tuhan. Dari kejengkelannya ini, membuat dirinya gondok, pada akhirnya ia tidak lagi memercayai akhirat.
“Saya tidak setuju dengan pendapat Camus itu, saya punya harapan pada kehidupan akhirat sepanjang kita percaya oleh cinta kasih yang diberikan Tuhan kepada kita di dunia ini.Sekali lagi, jalan destruktif yang ada sekarang ini, yaitu dengan membunuh orang, itu adalah jalan yang salah. Yang harus dilakukan adalah dengan cara mengambil jalan tengah atau moderation. Harus dilakukan pemberontakan moral, sehingga tidak membunuh orang dan tidak bunuh diri.” Tegasnya.
Bunuh diri itu bermacam-macam, ada bunuh diri secara individual, bunuh diri secara historis atau historical suicide. Dalam konteks kehidupan beragama, kita diajarkan untuk menyebarkan cinta kasih antar sesama manusia. Hidup beragama pun harus balance, manusia tidak hanya hidup dengan bersembahyang saja dan tidak mengurus sisi kemanusiaannya. Jika itu dilakukan, maka itulah yang disebut dengan loncatan iman. Loncatan iman akan berbahaya jika manusia hanya berpikir ke satu arah, tanpa mau melihat sisi yang lain, sebab dalam hidup, segala hal yang kitahadapi penuh dengan kendala.
Sekarang tinggal kita memilih, mau melakukan loncatan iman dengan konsuekuensi yang harus dihadapi, mau bunuh diri secara individual, mau historicalsuicide, atau mau menyebarkan cinta kasih antar sesama manusia? It depends on you…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H