Mohon tunggu...
Manda Danastri
Manda Danastri Mohon Tunggu... -

Manusia hidup yang masih sekolah. Suka apapun yang bisa dibaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berkah dan Hadiah

23 Agustus 2017   13:14 Diperbarui: 23 Agustus 2017   13:20 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tapi dalam hati Rani mengakui tidak ada salahnya mencoba perbaiki diri. Toh dia juga seorang muslimah yang punya tanggung jawab terhadap Tuhannya. Setelah renungan singkat soal bagaimana menahan diri terutama di bidang amarah, nafsu dan semuanya yang ia kira perlu dikurangi porsinya. Rani mencoba menghormati Bulan Puasa dengan merubah penampilan yang biasanya serba ketat dan pendek menjadi lebih longgar dan panjang. Bersikap lebih tenang terhadap apapun mulai hari ini. Hari pertama kerja setelah libur awal puasa selesai.

"Tumben pake daster? Biasanya juga ketat-ketat yang membangkitkan syahwat," tukas Rama ketika Rani melewati kubikelnya. Lihat? Setiap hal bisa jadi bahan untuk mencerca Rani. 

Dan Rani tidak menjawab, ia membiarkan Rama menang dengan cepat. Ia hanya duduk dan mulai mengerjakan apa yang jadi pekerjaannya. Rania Kharisma berpenampilan sopan dengan setelan yang membalut lengan sampai mata kaki hari ini. Bersikap baik pada orang lain seperti biasa. Saat Dhuhur dan Ashar tiba, wanita itu juga ikut menghilang bersama karyawan lain menuju ruangan kecil untuk menunaikan ibadah. Begitu terus selama berhari-hari.

"Tumben lo kalem terus akhir-akhir ini? Abis ngelakuin dosa besar ya?"
Rani hanya melirik sekilas pada Rama dan kembali sibuk menarikan jemari di atas keyboardnya. Sepertinya belum ada tanda-tanda dari Rama untuk segera berubah.

"Ceilah, sekarang jadi budeg juga? Oh, lo lagi minta ampunan ya sama Yang Kuasa? Supaya dibalikin pendengarannya? Ck, ck, ck, lo melakukan hal yang tepat. Mumpung bulan puasa, gue doain doa-doa lo diijabah deh."

"Makasih, aku harap kamu juga dapat hikmah secepatnya." jawab Rani dengan tenang dan penuh senyuman. Dan untuk pertama kalinya, Rama merasa benar-benar tidak ingin melawan Rania Kharisma.

Lalu dengan sadarnya, Rama menuju mushola kantor untuk bertanya di balik sajadah. Apa ia baik-baik saja? Pasalnya dada yang dibungkus dengan kemeja biru hari ini jadi terasa sesak, ritme debarannya juga tak bisa dinikmati. Pikirannya sulit fokus lalu pekerjaannya jadi terlambat diladeni.

"Rama? Woy? ... kenapa lo?" tanya Luna penasaran dengan lamunan itu.

"Nggak tau. Stress deh kayaknya."

"Halah. Ini tuh bulan puasa. Kantor nggak bakal terima tender gede supaya karyawannya nggak merasa tereksploitasi pas lagi nahan lapar dan dahaga ... ngomong aja kalau kangen berantem sama Rani. Euleuhh, berasa hambar ya hidupnya?" goda ibu muda berhijab itu sambil bertopang dagu pada kubikelnya.

"Cih, kagak sudi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun