Di era globalisasi yang semakin meningkat, isu integrasi ekonomi dan mata uang bersama semakin menjadi topik yang menarik. Di antara berbagai blok ekonomi regional di dunia, Uni Eropa telah lama menjadi pionir dalam menciptakan mata uang bersama dengan diperkenalkannya Euro pada tahun 1999.Â
Namun, pertanyaan yang masih tetap menarik perhatian banyak orang adalah apakah kawasan ASEAN mampu melakukan hal tersebut atau tidak? Terdiri dari sepuluh negara anggota yang berbeda, akan memiliki mata uangnya sendiri yang serupa dengan Euro di Uni Eropa.
Baru-baru ini, Indonesia menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). KTT ASEAN telah melahirkan sejumlah kolaborasi yang memposisikan ASEAN berperan penting di dunia dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi (Kompas 2023). Konferensi ini merupakan forum penting yang mempertemukan para pemimpin negara anggota ASEAN untuk membahas banyak isu, termasuk kerja sama ekonomi.Â
KTT ASEAN menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana kawasan ini dapat meningkatkan kerja sama ekonomi dan integrasi mata uang. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap kemungkinan pembentukan mata uang bersama di wilayah ASEAN telah meningkat. Faktor ini dapat diatribusikan pada beberapa peristiwa dan perkembangan penting dalam wilayah ini.Â
Selain itu, mata uang dolar Amerika Serikat, yang telah lama menjadi mata uang dominan dalam perdagangan internasional, mengalami tekanan baru-baru ini. Fluktuasi mata uang dolar yang signifikan dan ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi Amerika Serikat telah menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas mata uang tersebut.Â
Hal ini telah mendorong beberapa negara, seperti BRICS, aliansi dari negara Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, untuk mempertimbangkan opsi alternatif dalam hal mata uang yang digunakan dalam perdagangan internasional mereka (CNBC 2023). Kekhawatiran atas ketergantungan terhadap mata uang dolar telah mendorong perdebatan lebih lanjut mengenai kemungkinan mata uang bersama di wilayah ASEAN.
Kondisi Integrasi Mata Uang
Pendirian mata uang tunggal di suatu wilayah atau benua, seperti yang terjadi di Uni Eropa dengan penggunaan Euro, merupakan sebuah upaya untuk mencapai integrasi ekonomi yang lebih dalam. Hal ini terjadi melalui serangkaian tahapan dan kondisi yang memungkinkan perubahan ini. Salah satu faktor utama yang memungkinkan penggunaan mata uang yang sama adalah adanya kepentingan ekonomi bersama antara negara-negara di wilayah tersebut.Â
Dalam kasus Uni Eropa, negara-negara anggota memiliki hubungan perdagangan yang kuat dan saling ketergantungan ekonomi yang tinggi. Ini membuat adopsi mata uang tunggal seperti Euro menjadi masuk akal untuk mempermudah perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah.
Sebelum pengenalan Euro, negara-negara anggota Uni Eropa harus memenuhi kriteria konvergensi yang ketat untuk memastikan stabilitas makroekonomi. Kriteria ini melibatkan tingkat inflasi yang rendah, defisit anggaran yang terkendali, dan tingkat bunga yang stabil.Â
Menurut Mankiw (2009), inflasi yang rendah berarti bahwa kenaikan harga barang dan jasa berlangsung secara terkendali dan tidak terlalu tinggi. Ini penting karena inflasi yang tinggi dapat merusak daya beli konsumen dan mengganggu perencanaan ekonomi.Â
Lalu, defisit anggaran yang terlalu besar dapat mengarah pada peningkatan utang pemerintah, yang pada gilirannya dapat merusak kestabilan ekonomi. Tingkat bunga yang stabil juga merupakan indikator penting dari stabilitas makroekonomi. Perubahan yang tiba-tiba dalam tingkat bunga dapat mempengaruhi keputusan investasi, konsumsi, dan tabungan, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kriteria ini penting untuk menjaga kestabilan mata uang tunggal.
Keuntungan dan Kerugian Mata Uang Tunggal
Penggunaan mata uang tunggal memiliki beberapa manfaat yang dapat meningkatkan perekonomian negara-negara yang menggunakan mata uang tersebut. Melalui penetapan mata uang tunggal mata uang tunggal dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam meningkatkan perekonomian negara seperti berkurangnya biaya transaksi perdagangan antar negara ASEAN melalui tidak adanya ongkos transaksi mata uang dan risiko nilai tukar yang pada umumnya mengikuti proses pembayaran dalam bertransaksi perdagangan antarnegara, serta dapat meningkatkan transparansi harga dari sebuah produk yang diperdagangkan oleh negara di kawasan mata uang tunggal yang bersangkutan.Â
Di sisi lain dengan adanya mata uang tunggal di suatu regional akan membuka peluang besar bagi para investor untuk menanamkan modal di kawasan tersebut tanpa harus memperhatikan fluktuasi kurs.
Penerapan mata uang tunggal hanya relevan jika kawasan yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh teori kawasan mata uang tunggal optimum (optimum currency Area atau OCA). Menurut Mundell (1961), OCA meliputi cakupan prakondisi politik dan standar kriteria ekonomi tertentu. Namun, layak atau tidaknya sistem nilai tukar yang akan dipakai tergantung kesiapan perekonomian di kawasan tersebut untuk memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada kriteria utama OCA.
Dari teori kawasan mata uang tunggal optimum tersebut memiliki keuntungan antara lain:
Investasi meningkat karena para investor asing tidak takut terhadap perubahan kurs.
Integrasi ekonomi yang lebih besar diakibatkan adanya pergerakan barang, jasa, dan modal secara mudah di wilayah tersebut sehingga distribusi perdagangan akan mengalami arus dengan cepat dan biaya transaksi lebih rendah akan mengarah pada peningkatan perdagangan.
Sistem nilai tukar yang lebih stabil dikarenakan negara secara bersama-sama akan mengatur kebijakan moneter sehingga ketahanan stabilitas moneter terutama nilai tukarnya akan lebih baik.
Kerugian ditetapkannya Optimum Currency Area:
Hilangnya kebebasan kebijakan moneter (Bank Sentral). Bank sentral di masing-masing negara tidak dapat menjalankan kebijakan moneternya karena di dalam OCA kebijaksanaan moneter ditetapkan secara bersama-sama dan dibawahi oleh suatu lembaga yang  dipilih.
Tingkat pengembangan ekonomi yang berbeda. Negara-negara anggota ASEAN memiliki tingkat pengembangan ekonomi yang berbeda, beberapa negara memiliki ekonomi yang lebih kuat dari yang lain. Hal ini dapat membuat sulit menetapkan suku bunga tunggal yang optimal untuk semua negara anggota yang dapat mengarah pada ketidakseimbangan ekonomi.
Potensi inflasi. Mata uang tunggal diterapkan tanpa persiapan yang cukup akan mengakibatkan risiko inflasi di negara-negara dengan mata uang yang lebih lemah. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa, yang akan merugikan daya beli konsumen.
Mata Uang Tunggal yang Berhasil dan Gagal
Beberapa penyatuan mata uang yang berhasil:
Euro; mata uang Uni Eropa yang telah berhasil diterapkan di 19 negara sejak diperkenalkan pada tahun 1999.
Dolar Karibia Timur; mata uang organisasi negara-negara Karibia Timur telah digunakan secara sukses oleh delapan negara Karibia sejak tahun 1965.
CFA Franc; mata uang Uni Ekonomi dan Moneter Afrika Barat (UEMOA) telah digunakan secara sukses oleh delapan negara Afrika sejak tahun 1945.
Dolar Karibia; mata uang Komunitas Karibia (CARICOM) telah digunakan secara sukses oleh 14 negara Karibia sejak tahun 1973.
Beberapa penyatuan mata uang yang gagal:
Rencana mata uang tunggal Uni Afrika; Uni Afrika telah mengusulkan mata uang tunggal untuk Afrika, tetapi penerapannya terhambat karena tantangan politik dan ekonomi.
Rencana mata uang tunggal Dewan Kerjasama Teluk; Dewan Kerjasama Teluk telah mengusulkan mata uang tunggal untuk negara anggotanya, tetapi penerapannya terhambat karena tantangan politik dan ekonomi.
Central African Franc; mata uang Uni Ekonomi dan Moneter Afrika Tengah (CEMAC) menghadapi tantangan, termasuk tingkat inflasi yang tinggi dan ketidakstabilan ekonomi, yang memicu desakan untuk menghapus mata uang ini.
West African Eco; mata uang yang diusulkan untuk Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) menghadapi tantangan, termasuk perbedaan pendapat di antara negara anggota mengenai rezim nilai tukar dan waktu penerapan.
Tantangan
Mewujudkan mata uang tunggal Asia Tenggara diperlukan kesepakatan bersama antara semua negara anggota dikarenakan adanya perbedaan sistem politik, ekonomi, dan budaya negara-negara anggota yang dapat menjadi hambatannya.Â
Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, Julian Wilson, mengatakan jika kawasan menginginkan mata uang tunggal maka harus siap menjalin kemitraan dagang antarnegara di kawasan tetapi negara-negara ASEAN belum siap untuk memulai kerja sama tersebut. Kondisi ekonomi dari masing-masing negara ASEAN masih belum sama kuatnya dapat menjadi tantangan terbesar dalam mewujudkan mata uang tunggal ASEAN.Â
Kesimpulan
Integrasi mata uang ASEAN memang terlihat sebagai inovasi moneter yang menarik. Namun, kondisi makroekonomi dari setiap negara anggota ASEAN masih belum saling setara dan tersinkronisasi.Â
Menggunakan mata uang masing-masing negara ASEAN dalam bertransaksi akan lebih mudah dibandingkan membuat mata uang tunggal ASEAN dikarenakan ASEAN hanya memiliki sekretariat, sangat berbeda dengan Uni Eropa yang memiliki parlemen bersama. Meskipun ASEAN terus bekerja menuju integrasi ekonomi yang lebih erat, pembentukan mata uang tunggal ASEAN masih merupakan tantangan yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama untuk terwujud.Â
Referensi
CNBC. 2023. Dedolarisasi Panas! Terungkap 'Bentuk' Mata Uang Baru BRICS. [Diakses pada 17 September 2023] https://www.cnbcindonesia.com/news/20230711093901-4-45
3122/dedolarisasi-panas-terungkap-bentuk-mata-uang-baru-brics
Hananto A. 2023. Mata Uang Tunggal ASEAN: Keuntungan atau Kerugian bagi Indonesia?. [Diakses pada 15 September 2023] https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/04/10/mata-uang-tunggal-asean-keuntungan-atau-kerugian-bagi-indonesia
Kompas. 2023. Hasil KTT ASEAN 2023: Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan Kemitraan Strategis. [Diakses pada 17 September 2023] https://kompaspedia.kompas.id/baca/papa
ran-topik/hasil-ktt-asean-2023-pusat-pertumbuhan-ekonomi-dan-kemitraan-strategis
Mankiw NG. 2009. Â Principles of Macroeconomics. New York (NY): Worth Publishers.
Nurchoiriyah S. 2023. Akankah ASEAN Membentuk Mata Uang Tunggal. [Diakses pada 15 September 2023] https://www.academia.edu/31435473/AKANKAH_ASEAN_MEMBENTUK_MATA_UANG_TUNGGAL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H