Sequoia Capital, perusahaan modal ventura yang berbasis di Amerika Serikat sudah mengkhawatirkan akan penurunan pendanaan tersebut. Perusahaan tersebut beranggapan bahwa kasus resesi yang berlarut-larut dan berkepanjangan merupakan penyebab dari minimnya pendanaan.
Y Combinator (YC), salah satu investor yang terdapat di Sillicon Valley mengatakan bahwa terdapat faktor lainnya yang menyebabkan minimnya sumber pendanaan dari perusahaan ventura salah satunya adalah kinerja dari saham teknologi di bursa yang semakin memburuk.Â
YC menambahkan bahwa perusahaan modal ventura kian sulit mengumpulkan uang yang diakibatkan oleh memburuknya kinerja saham teknologi, hal ini dapat dilihat pada Indeks Nasdaq Composite di Amerika Serikat yang memaparkan akan penurunan saham teknologi sebanyak 24,19% di tahun 2022. Di sisi lain, pihak yang menitipkan dananya di perusahaan ventura berekspektasi bahwa uang mereka diharapkan dapat diinvestasikan dengan disiplin.
Di Indonesia sendiri, sepanjang bulan Mei 2022 mengumumkan bahwa terdapat pendanaan sebesar triliunan rupiah yang berlanjut pada investasi ke startup di bidang digital pada gelombang berikutnya di bulan Juni 2022. Di tengah kabar ketidakpastian global, Indonesia justru mendapatkan prospek yang cerah dalam menarik sejumlah investor dalam pendanaan startup di bidang teknologi baru.Â
Di pekan terakhir bulan Mei 2022, Astro mengumumkan bahwa terdapat  tambahan sebesar US$60 juta dalam ronde pendanaan di seri B mereka. Rekor pendanaan terbanyak dipegang oleh Xendit dalam rangka ekspansi bisnis mereka dengan jumlah penerimaan sebesar US$300 juta.Â
Sedangkan di awal Juni 2022, terdapat tiga startup yang mengumumkan terkait pendanaan yang mereka dapatkan, yang mana salah satunya merupakan startup fintech yang mendapatkan dukungan dari perusahaan modal ventura milik Achmad Zaky selaku pendiri Bukalapak.
Faktor-faktor penyebab Permasalahan Startup
Fenomena startup PHK karyawan dinilai menjadi salah satu upaya efisiensi untuk strategi bertahan hidup. Ada beberapa faktor yang menyebabkan startup melakukan efisiensi di masa ini:
Yang pertama, Kondisi ekonomi makro dunia yang tidak menentu pasca pandemi menyebabkan perusahaan startup harus melakukan adaptasi kembali dengan kondisi yang ada sekarang.Â
Hal ini diperparah dengan terhambatnya likuiditas akibat kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang meningkatkan suku bunga menjadikan investor mengurangi likuiditas dan lebih selektif dalam memberikan  pendanaan. Alhasil, investor menghindari pembelian saham startup yang persepsi risikonya tinggi. Keterbatasan pendanaan inilah yang menjadi salah satu faktor utama yang mendorong para startup untuk melakukan efisiensi.
Berikutnya ada pengaruh dari faktor internal, yaitu fundamental dan pengelolaan bisnis. Startup yang baik harus memiliki satu lini bisnis yang berperan sebagai sumber pendapatan signifikan. Faktor pengelolaan itu satu hal. Tapi selain itu, sebagian Startup juga belum memiliki fundamental bisnis yang baik. Artinya, startup belum bisa memastikan path to profitability, model bisnisnya belum fit, serta value chain dan market justification masih goyang. Â