Hora, asi moto wo mite goran
Korega anata no ayumu michi
Hora, mae mo mite goran
Arega anata no mirai
Sepenggal lagu dengan judul mirai e (menuju masa depan) yang dipopulerkan oleh penyanyi Jepang bernama Kiroro, merupakan lagu favorit saya dikala sedang sedih. Kurang lebih lagu ini memiliki makna bahwa kita harus terus melangkah kedepan, karena didepan sana merupakan jalan hidup kita serta disana letak masa depan kita juga.
Kita mengenal Jepang yang merupakan negara kepulauan dimana paling utara terdapat Hokkaido dan selatan ada Okinawa (Kepulauan Ryukyus), uniknya lagi bahwa cuaca di utara dan selatan cenderung berbeda, jika di Hokkaido kita bisa melihat salju maka di Okinawa kita tidak akan menemui salju meskipun musim dingin dan bunga sakura disini lebih didominasi berwarna merah muda. Untuk dapat mencapai Okinawa, kita dapat masuk melalui negara tetangga seperti Taiwan, Hongkong, Korea Selatan, serta dari kota-kota yang ada di Jepang seperti Osaka atau Tokyo yang sudah sangat dikenal.
Waktu itu saya terbang dari Surabaya dan memilih masuk lewat Osaka, perjalanan dari Surabaya ke Osaka mencapai kurang lebih 15 jam, karena sebelumnya saya transit terlebih dahulu di Kuala Lumpur, Malaysia. Dari Osaka ke Okinawa membutuhkan waktu sekitar 2 jam, jika memilih terbang dari Tokyo kurang lebih akan sama waktu tempuhnya. Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, bahwa Okinawa mendapatkan julukan sebagai Hawaii-nya Jepang, mungkin julukan ini muncul karena posisi pulaunya yang dikelilingi oleh laut, mirip seperti Hawaii di Amerika.
Saya mendapatkan kesempatan datang ke Jepang dan belajar selama 1,5 tahun di University of the Ryukyus, dengan beasiswa unggulan (BU) dari Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk program double degree antara Universitas Diponegoro Semarang dan University of the Ryukyus. Perlu diketahui bahwa Okinawa memiliki sedikit perbedaan dengan pulau utama dari segi iklimnya yang lebih tropis, pada musim dingin suhu disini dapat mencapai 10 derajat celcius sedangkan pada musim panas seperti saat ini bisa mencapai 32 derajat celcius.
Kelemahan dari itu semua adalah orang akan mudah stress, bayangkan jika kita tidak bisa mendapatkan wanita atau pria idaman kita, atau kesempatan berlibur padahal itu semua itu banyak yang dikorbankan dari waktu, uang, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan mental dan semangat yang menurut saya harus lebih kuat dari baja dan tahan banting.
Kehidupan sebagai perantau tentunya akan terasa berat, terlebih lagi harus jauh dari anak dan istri membuat rasa rindu, kangen atau apapun bahasanya semakin terasa saja. Beruntung ada komunitas dari pelajar Indonesia atau biasa disebut Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), setidaknya inilah saudara dekat saya yang bisa dijadikan tempat untuk berbagi cerita dan pengalaman, dari para pelajar yang sudah terlebih dulu ataupun telah lama berada disini. Berbagai kegiatan yang diadakan oleh teman-teman PPI seperti acara penyambutan bagi mahasiswa yang baru datang, baik yang melanjutkan studinya maupun yang ikut program pertukaran pelajar.
Memasuki bulan Ramadhan ditahun ini, dengan waktu berpuasa 3 jam lebih panjang dari Indonesia atau sekitar 15 jam sehari, ditambah dengan cuaca yang tidak menentu menjadikan puasa lebih bermakna, bertahan dari gempuran godaan yang ada dan kita tahu saat puasa bukan di negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim tentunya godaan itu warna-warni bentuknya, dari ‘’pemandangan’’ wanita yang berpakaian minim hingga cuaca yang cukup bisa membuat kita lupa.Â
Namun, ada yang yang menarik dibulan Ramadhan tahun ini yaitu waktu berbuka puasa, dimana waktunya tersebut bersamaan dengan Kota Surabaya meskipun berbeda waktu 2 jam yang tentunya saya dan bisa berbuka bersama dengan istri meskipun tempatnya berbeda.
Tepatnya tanggal 12 Juni 2016, teman-teman dari PPI diminta oleh pihak KBRI Tokyo untuk terlibat dalam kegiatan menyambut kedatangan kapal Spirit of Majapahit, kapal ini bertujuan untuk mengenang kejayaan Kerajaan Majapahit (napak tilas) bahwa pada masa kejayaannya pernah berlayar hingga ke Okinawa, untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Ryukyu. Dan menurut informasi yang saya dapatkan, terdapat keris yang memang dikhususkan sebagai bentuk hubungan antara kedua kerajaan tersebut, kini keris tersebut dapat dilihat dan masih tersimpan baik di Shuri-jo Castle yang berlokasi di Kota Naha, Okinawa.
Meskipun tahun ini tidak dapat hari raya bersama dengan keluarga, setidaknya rasa rindu ini adalah doa yang terindah untuk istri, anak, orang tua, mertua dan saudara-saudara yang ada di Indonesia untuk dapat saling menguatkan bahwa semua ini akan berlalu. Karena perjuangan untuk selalu menjadi manusia yang baik tentunya tidak mudah, emas untuk dapat menjadi lebih bernilai maka ia perlu dilebur, ditempa, untuk dibentuk menjadi perhiasan yang indah. Seperti itulah kiranya manusia, kita mau menjadi manusia seperti apa semua itu kembali ketika kita di uji, dengan ujian tersebut berarti Allah masih sayang dengan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H