Mohon tunggu...
Fadly Dwinanda Putra
Fadly Dwinanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dasar-dasar Nikah Pembinaan Keluarga

27 November 2023   17:00 Diperbarui: 27 November 2023   17:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo sobat kompasiana, dalam kesempatan kali ini saya akan membagikan ilmu tentang nikah dasar pembinaan keluarga dalam perspektif islam. Agama Islam telah mengajarkan umatnya melalui Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-nya tak terkecuali tentang dasar-dasar nikah pembinaan keluarga. Hal itu tertuang dalam QS. Ar-Rum/30 : 21 dan An-Nisa/4 : 3-4. Selanjutnya, mari kita bahas satu persatu ayat tersebut untuk mencari tahu pesan atau pokok ayat yang disampaikan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Ar-Rūm [30]:21

Dalam penggalan ayat tersebut telah dijelaskan, bahwa Allah SWT. Menciptakan pasangan untuk manusia dari jenis yang sama yaitu manusia. Allah SWT. Tidaklah menciptakan manusia untuk berpasangan dengan hewan ataupun tumbuhan. Dia menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Kemudian diantara itu ialah tanda-tanda kebesaran-Nya untuk kita merasa tentram. 

Diantara itu, Allah SWT. Memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada kita yang lebih dikenal dengan sakinah, mawadah, warahmah. Rasa cinta dan kasih sayang itu tidak diturunkan begitu saja, melainkan dengan cara mengosongkan hati dari sifat tercela dan menyadari dosa yang telah diperbuat, memutus masa lalu yg kelam dengan penyesalan dan pengawasan ketat, mujahadah melawan sifat tercela dengan mengisi hal terpuji serta yang terakhir senantiasa berdoa dan zikir kepada Allah SWT.

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ

"Jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat zalim."

An-Nisā' [4]:3

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ayat ini turun berkaitan dengan anak yatim yang berada dalam pemeliharaan seorang wali, di mana hartanya bergabung dengan harta wali dan sang wali tertarik dengan kecantikan dan harta anak yatim itu, maka ia ingin mengawininya tanpa memberinya mahar yang sesuai, lalu turunlah ayat ini. Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim yang berada di bawah kekuasaanmu, lantaran muncul keinginan kamu untuk tidak memberinya mahar yang sesuai bilamana kamu ingin menikahinya, maka urungkan niatmu untuk menikahinya, kemudian nikahilah perempuan merdeka lain yang kamu senangi dengan ketentuan batasan dua, tiga, atau empat orang perempuan saja. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil apabila menikahi lebih dari satu perempuan dalam hal memberikan nafkah, tempat tinggal, atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, maka nikahilah seorang perempuan saja yang kamu sukai atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki dari para tawanan perang. Yang demikian itu lebih dekat pada keadilan agar kamu tidak berbuat zalim terhadap keluarga. Karena dengan berpoligami banyak beban keluarga yang harus ditanggung, sehingga kondisi seperti itu dapat mendorong seseorang berbuat curang, bohong, bahkan zalim. (Tafsir Kementerian Agama RI)

Isi pesan atau pokok kandungan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan merupakan syarat utama dalam pernikahan. Selain itu, poligami diperbolehkan jika sewaktu-waktu memang dibutuhkan namun diwajibkan untuk berlaku adil sebab jika hal itu tidak dapat dilaksanakan maka haram hukumnya untuk berpoligami sebagaimana keterangan ayat tersebut. Pernikahan juga merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan namun jika terdapat keraguan dalam hati untuk menikah, tundalah terlebih dahulu sebab tergesa-gesa adalah sifat syaitan.

Dalam ayat selanjutnya menjelaskan perihal pemberian maskawin (mahar) kepada perempuan yang ingin dinikahi oleh laki-laki. Selain menjelaskan hukum pemberian maskawin (mahar), ayat selanjutnya juga menjelaskan hukum memberikan maskawin (mahar).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا 

"Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (mahar) itu dengan senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati."

An-Nisā'  [4]:4

Sebab turun ayat (asbabu al-nuzul) :

Hasyim meriwayatkan dari Sayyar, dari Abu Saleh, bahwa seorang lelaki (di jaman jahiliah) apabila menikahkan anak perempuannya, maka dialah yang menerima maskawinnya, bukan anak perempuannya. Lalu Allah SWT. Melarang mereka melakukan hal tersebut dan turunlah firman-Nya : Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kalian nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.

Pemberian mahar pada pernikahan adalah wajib. Mahar menjadi salah satu rukun dalam pernikahan. Maka dari itu mahar merupakan hak istri yang harus dipenuhi oleh suami. Mahar tidak boleh dipergunakan atau dimanfaatkan oleh siapapun baik ayah atau siapapun. Namun, istri boleh memberikan sebagian mahar dengan kerelaan hati kepada suami atau siapapun dan nikmati pemberian tersebut dengan senang hati. 

Refleksi yang dapat kita ambil adalah sebagai berikut.

1. Islam mensyariatkan seseorang untuk menikah

2. Keadilan adalah syarat mutlak penikahan baik dengan satu atau lebih

3. Islam membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Tetapi pada dasarnya satu istri lebih baik

4. Islam mengharamkan LGBT

5. Maskawin adalah syarat pernikahan

Aksi yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui hukum-hukum dan syarat menikah/fikih nikah

2. Tidak hidup membujang

3. Mencari calon istri atau suami yang baik emosional dan spiritual

4. Mengerti hukum poligami

5. Mempersiapkan maskawin dari harta halal

Demikian pembahasan yang dapat disampaikan mengenai nikah dasar pembinaan keluarga. Jika terdapat kesalahan kata/kalimat saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kepada pembaca saya meminta maaf, kepada Allah SWT. Saya meminta ampun. 

Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud, Lc., M.A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun