Pada 1588 ternyata Cengkih juga digunakan sebagai alat tukar saat Saidi bertemu dengan van Neck dan berhasil memperoleh senjata yang ditukar dengan Cengkih[9], hal itu membuktikan bahwa Cengkih memiliki nilai harga yang tinggi karena Cengkih ditukar dengan Senjata, yang saat itu senjata dipastikan memiliki harga yang cukup tinggi juga, dan masyarakat pribumi jarang bahkan tidak memiliki senjata seperti yang orang Eropa punya. Hal lain yang membuktikan Cengkih memiliki  harga yang tinggi yaitu Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga Cengkih sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.
Sebab cengkih disana dijadikan salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengonsumsi tanaman cengkih tersebut[10]. Pada masa ini, cengkih dimanfaatkan untuk pengobatan, parfum dan bumbu masak[11]. Namun selain komoditi Cengkih dan Pala ternyata Lada adalah yang menjadi Primadona, dikenal dengan cita rasa yang pedas dan dapat menambah kenikmatan masakan tanaman Lada menjadi bagian penting dalam perekonomian dan diekspor sebanyak sepuluh kali lipat, dan menempati sebagai ekspor Asia Tenggara yang paling pentingt[12].Â
Begitulah kegiatan perdagangan di kawasan Asia Tenggara kepulauan, dengan rempah-rempah yang dimilikinya menjadikan Asia Tenggara kepulauan menjadi daerah yang makmur dan berjaya dengan penghasilan yang cukup besar dalam perdagangan rempah-rempah. Di Asia Tenggara daratan pun kurang lebih sama yaitu adanya kegiatan perdagangan seperti macamnya di kawasan Asia Tenggara kepulauan, bedanya bahwa di kawasan ini kegiatan perdagangan lebih terfokuskan kepada komoditi lainnya kapas contohnya, dikatakan bahwa :Â
"Cambodia exported cotton as far afield as Pattanion the Malay peninsula. Some Southeast Asian cotton and cloth was event aken back to China by returning traders from ports in Java, Luzon and Vietnam. At least in the eighteenth century, and perhaps for some time earlier, there was a large-scale cotton trade from the dry regions of central Burma up the Irrawaddy and along caravan routes into Yunnan[13].".Â
Hal lain yang terkenal adalah tanaman Tebu "Sugarcane, although native to Southeast Asia, was used primarily for chewing as a confection until the seventeenth century, when Chinese refining methods were introduced to Java, Siam, Cambodia and the Quang Nam area of central Vietnam[14]".Â
Menjadi sebuah fakta yang mencengangkan bahwa keseluruhan perkembangan pasaran internasional dipenuhi oleh produksi Asia Tenggara dan produksi  terus meningkat dua sampai tiga kali lipat hingga setelah 1520 [15]. Namun Asia Tenggara kepualauan lah yang menjadi primadona atau pemberi nilai ekspor yang tinggi dibandingkan dengan sub kawasan Asia Tenggara daratan, Asia Tenggara sudah dikenal sebagai negara yang pengeskpor bahan mentah, namun juga mengimpor barang pabrikan.
Mengapa  kegiatan perdagangan di kawasan Asia Tenggara kepulauan yang lebih maju? Menurut pandangan saya bahwa dikawasan Asia Tenggara kepulauan ini memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah yang keberadaan rempah-rempah tidak ada dikawasan dunia manapun tepatnya hanya ada dikawasan Indonesia Bagian Timur[16]. Sedangkan rempah-rempah lainnya seperti Lada hanya terfokus berproduksi diwilayah Nusantara saja, tidak didaerah lain dikatakan bahwa :Â
"Pepper was produced  in  western  Java  and  southern  Sumatra.  These  became important articles  of international commerce.  Also  in such  a  list were forest  products such as ' Barus'  camphor of northern Sumatra, known to  the Chinese  in the third century A.D.,  and Sumatran pine  resin and benzoin, which,  as we  have seen,  1  came  to be substituted  for  'Persian' frankincense and myrrh by  Indonesian shippers trading to China.
[17]"Sedangkan dikawasan Asia Tenggara daratan hasil produksi yang baik dalam kapas menjadikan Vietnam sebuah wilayah di kawasan ini memiliki sutra yang baik, namun barang tersebut tidak dibutuhkan di Cina dan India sebagai negara yang sudah baik dalam membuat sutra dan berlimpah, maka dari itu tidak dibutuhkan dinegara tersebut[18].Â
Menjadi sebuah cirri dari perdaganagan adalah ekspor dan impor dan media yang digunakan dalam kegiatan tersebut adalah kapal, dan kapal yang menjadi primadona dalam perdaganagan kawasan Asia Tenggara adalah kapal Jung "The term 'junk' (Portuguese juncos) used here was routinely applied by European, Chinese, Arab or Malay sources to the large Southeast Asian trading ship. The word itself entered European languages from Malay, but its origins probably lie in Javanese.Â
From their arrival soon after 1500 Europeans used this term for a ship of 100 to 600 tonnes, carrying two to three masts and two oar-like rudders on either side of a pointed stern. From modern excavations of wrecks as well as contemporary descriptions we know that a very similar type of ship sailed throughout the waters of Southeast Asia and the South China Sea.[19]" Meskipun teknologi perkapalan Asia dalam desain lambung kapal, tali temali-temali, dan metode konstruksi agak stabil sejak abad XII, tradisi nautical (bahari) tidak berubah[20].Â