Mohon tunggu...
DL Junaidi
DL Junaidi Mohon Tunggu... Penulis - Islamic Association of University Students | State University of Malang

Islamic Association of University Students | State University of Malang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Solidaritas, Bukan Kaleng-kaleng

24 November 2018   00:27 Diperbarui: 25 November 2018   01:07 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhelatan demokrasi mahasiswa (baca; Pemilihan Umum Raya/Pemira) Universitas Negeri Malang (UM) tinggal menghitung hari. Sebagaimana telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) beserta jajaran Rektorat UM, hari H pelaksanaan Pemira jatuh pada tanggal 29 November 2018 mendatang. Selain itu, juga telah diputuskan bahwa Pemira tahun 2018 ini menggunakan sistem electronic vote (e-vote), berbeda dengan Pemira tahun lalu (2017) yang menggunakan sistem konvensional. 

Meskipun demikian, keputusan untuk kembali menggunakan sistem e-vote sebagaimana Pemira pada 2 (dua) tahun lalu (2016) mestinya dilandasi dengan rasionalisasi yang kuat serta kesiapan sistem dan sumber daya yang matang. Sehingga Pemira tahun ini tidak semata-mata dijadikan sebagai ajang uji coba sistem (dalam hal ini e-vote) dan terkesan dipaksakan karena UM khawatir ditinggal laju perkembangan teknologi, melainkan juga didasarkan pada kebutuhan obyektif mahasiswa UM secara umum dan tentunya selaras dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Pada tanggal 17 November 2018 (dini hari) lalu, KPU beserta Panwaslu telah menetapkan 3 (tiga) pasang calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum untuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM periode tahun 2019 mendatang. Hardiansyah (Teknik Mesin/Fakultas Teknik) dan Teguh Prasetyo (Ilmu Keolahragaan/Fakultas Ilmu Keolahragaan) sebagai pasangan calon nomor urut 1, Faris Rosul Arifin (Geografi/Fakultas Ilmu Sosial) dan M. Zaenul Falah (Teknik Elektro/Fakultas Tenik) sebagai pasangan calon nomor urut 2, dan Dimas Prayoga (Sosiologi/Fakultas Ilmu Sosial) dan Arfia Regita Dyan Pradana (Ekonomi Pembangunan/Fakultas Ekonomi) sebagai pasangan calon nomor urut 3. 

Dengan demikian maka, mahasiswa UM pada momentum Pemira tahun 2018 ini dihadapkan pada 3 (tiga) pilihan pasang calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum BEM UM periode tahun 2019, berbeda dengan kondisi Pemira tahun lalu yang menghadirkan pasangan calon tunggal. Di sisi lain, telah ditetapkan pula sejumlah 13 (tiga belas) orang calon senator Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UM untuk periode tahun 2019 dari beberapa Jurusan yang tersebar di UM.

Sebagaimana kondisi obyektif yang tergambar pada paragraf di atas, maka tersemat pula ekspektasi agar BEM UM periode tahun 2019 mendatang berubah lebih baik, progresif dan berpihak pada kepentingan mahasiswa UM pada umumnya, tidak sekedar memposisikan dirinya sebagai event organizer. Pemira tahun ini juga diharapkan mampu menjadi medium bagi pertarungan gagasan yang konstruktif, pertarungan prestasi dari masing-masing sosok pasangan calon, yang tentunya tidak hanya ditularkan untuk kebaikan internal organisasi BEM UM semata, melainkan juga untuk kemaslahatan mahasiswa UM secara umum.

 Inilah esensi dari Pemira UM yang mampu menghadirkan pembelajaran politik dan demokrasi yang sehat bagi mahasiswa UM. Sehingga kehadiran BEM UM lebih terasa dampaknya di tengah-tengah mahasiswa UM, termasuk pada gilirannya mampu mengangkat nama besar UM di level regional, nasional, bahkan bisa sampai pada level internasional.

Terlepas dari mahasiswa UM hari ini disodorkan dengan 3 (tiga) pilihan pasangan calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum BEM UM periode tahun 2019 beserta visi, misi, dan gagasannya masing-masing, namun pada kesempatan kali ini penulis hendak berbagi pandangan mengenai gagasan perubahan yang diangkat oleh pasangan calon nomor urut 2 yaitu FARIS ROSUL ARIFIN dan M. ZAENUL FALAH pada momentum demokrasi mahasiswa UM tahun 2018 ini. 

Visi dan misi serta gagasan-gagasan perubahan yang diangkat dan kemudian diberi idiom SOLIDARITAS (Solid dan Berkualitas) tentunya merupakan hasil refleksi kondisi obyektif yang ada pada mahasiswa UM umumnya dan juga organisasi BEM UM periode sebelum-sebelumnya. Bahwa BEM UM juga harus mampu ditampilkan sebagai salah satu ikon bagi kampus the learning university ini, tidak lain adalah dengan prestasi-prestasinya, dengan keberpihakannya pada kepentingan mahasiswa UM secara umum, termasuk dengan kinerja yang nantinya termanifestasi pada program-program yang dirasakan manfaatnya bagi mahasiswa UM.

BEM UM juga harus mampu tampil sebagai pelopor gerakan mahasiswa yang ada di UM dalam rangka merespon kondisi-kondisi sosial yang ada, baik itu di internal UM sendiri, regional Kota Malang dan Jawa Timur, termasuk problematika umat dan bangsa. Demikianlah peran mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control ditunaikan.

 Dengan demikian maka slogan agent of change dan agent of control tidak sekedar menjadi bahasa gaya-gayaan fungsionaris BEM UM beserta organisasi intra kampus lainnya pada setiap kali momentum Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Bersama BEM (atau apa pun sebutannya) dari kampus yang lain, BEM UM harus mampu menempatkan dirinya sebagai katalisator, bukan pengekor. Barangkali beberapa hal inilah yang menyebabkan BEM UM belum mampu tampil di level regional dan nasional, termasuk belum sampai dirasakan kehadiran dan kebermanfaatannya bagi mahasiswa UM secara umum. Kondisi status quo inilah yang ingin diubah oleh pasangan calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum BEM UM periode tahun 2019 nomor urut 2.

AKADEMIS, ORGANISATORIS, dan IDEALIS

Kedua sosok ini (FARIS ROSUL ARIFIN dan M. ZAENUL FALAH) merupakan pribadi-pribadi yang sarat akan prestasi, bukan hanya organisatoris melainkan juga tetap mampu menjaga kualitas dirinya sebagai seorang akademisi. Tentu saja seorang akademisi tidak hanya mengejar indeks prestasi di bangku perkuliahan, melainkan juga mampu menghasilkan karya dan prestasi yang mengangkat nama besar almamater yaitu UM itu sendiri. 

Mereka adalah pribadi yang memiliki keinginan dan tekad yang kuat, bukan hanya untuk personalnya sendiri, melainkan juga memiliki idealisme untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi entitas yang lebih besar yaitu mahasiswa UM secara umum. Karena sejatinya BEM UM adalah medium bagi orang-orang yang ingin berkarya dan memberikan kebermanfaatan bagi sesamanya (termasuk mahasiswa UM itu sendiri), bukan untuk mereka yang mencari eksistensi pribadi apalagi sekedar ingin agar namanya tercantum di selembar kertas Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani Rektor. 

Selain menjadi lembaga eksekutif mahasiswa tertinggi di UM, BEM UM juga mesti mampu menjembatani kepentingan antara mahasiswa UM secara umum dengan jajaran birokrat kampus. Sehingga distansi (baca; jarak) antara mahasiswa dengan elit-elit universitas mampu diminimalisir atau bahkan dieliminir. Hal ini tentunya didasarkan pada fakta bahwa kemajuan suatu lembaga (dalam hal ini universitas) juga sangat bergantung pada partisipasi dari seluruh civitas akademik, termasuk mahasiswa itu sendiri. 

Ruang partisipasi bagi mahasiswa harus terbuka lebar, sehingga mahasiswa UM secara umum mampu berkreasi, berprestasi, turut serta membangun nama besar UM sembari terus mengembangkan kualitas dirinya masing-masing. Elit-elit universitas juga harus bersikap terbuka terhadap sikap korektif maupun kritik mahasiswa yang didasarkan pada idealismenya. Dengan demikian maka, kampus tetap berada pada posisinya sebagai lahan untuk menyemai pribadi-pribadi yang berpemikiran bebas dan merdeka serta tetap berkarakter.

Di tengah kondisi umat dan bangsa akhir-akhir ini yang seringkali dihadapkan pada isu dan permasalahan radikalisme, BEM UM juga harus mampu menampilkan dirinya sebagai organisasi mahasiswa yang memegang teguh nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana data yang telah dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) pada beberapa waktu lalu, beberapa kampus di tanah air (termasuk kampus tetangga) disinyalir menjadi tempat tumbuh suburnya paham radikalisme.

Menjadi salah satu organisasi intra kampus yang ada di UM, BEM UM juga tentunya memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik kampus sebagai salah satu pionir dalam menangkal paham radikalisme yang akhir-akhir ini menjadi salah satu permasalahan bangsa. Posisi dan sikap BEM UM ini tentunya harus termanifestasi dalam setiap gerakan dan programnya. 

Di samping itu, ada pula tekad dari pasangan calon nomor urut 2 untuk senantiasa mendorong mahasiswa UM secara umum agar terus berprestasi, tentunya dengan memberikan wadah dan perhatian yang serius dari BEM UM. Peningkatan kualitas intelektual juga tentunya menjadi salah satu determinasi mahasiswa sebagai kaum terdidik. Dengan demikian maka, selain mendorong kreatifitas dan prestasi mahasiswa juga mesti diseimbangkan dengan adanya apresiasi, termasuk bagi mahasiswa/mahasiswi yang berkebutuhan khusus. Komunikasi dan silaturahmi pun mesti senantiasa dijaga erat antar seluruh elemen mahasiswa di UM. BEM UM harus inklusif bagi seluruh golongan mahasiswa. 

Selain fokus dengan permasalahan-permasalahan yang ada di internal kampus, BEM UM ke depan pun harus tampil sebagai salah satu problem solver bagi permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Saat ini banyak sekali kondisi dan permasalahan di tengah masyarakat (khususnya wilayah Malang Raya) yang semestinya bisa direspon dan diberikan solusinya oleh BEM UM. Dengan demikian maka sumbangsih BEM UM juga akan terasa kebermanfaatannya bagi masyarakat secara umum. 

Dengan keinginan dan tekad yang kuat, dan apabila diamanahi oleh mahasiswa UM untuk memegang tampuk kepemimpinan di BEM UM untuk periode tahun 2019, maka FARIS ROSUL ARIFIN dan M. ZAENUL FALAH siap dan akan berjuang untuk mewujudkan itu semua. Tentunya ini bukan hanya manifesto belaka, karena Pemira UM tahun 2018 ini harus mampu melahirkan BEM UM dengan wajah dan semangat yang baru. Dengan berbekal semangat, cita-cita dan pengalaman pribadi mengenai organisasi serta berbagai prestasi yang berhasil disabet, mereka akan siap untuk mengabdi di BEM UM, untuk mahasiswa, untuk UM tercinta.

#soliddanberkualitas #bukankalengkaleng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun