Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Cahayaharuna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Kisah Keong Kerdil dan Kura Kecil yang Suka Di-bully

7 Januari 2021   06:11 Diperbarui: 7 Januari 2021   06:25 4985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun 2021 menulis kisah fabel. Kisah ini mengajarkan anak untuk bertindak jika di-bully dan tidak melakukan perundungan.

Musim hujan telah tiba. Di sebuah sungai, namanya sungai Kedamaian, di sana ada dua sahabat yang sering bermain bersama. Mereka memiliki sifat yang bertolak belakang.

"Kurkel kenapa kamu jalannya lambat sekali, aku lelah mengikuti langkahmu," cibir Keker, si Keong kerdil.

"Maafkan aku Keker, aku lelah habis membantu momi merapikan rumah," sahut Kurkel, Kura-Kura kecil.

Tanpa melihat keadaan dirinya, Keker selalu menghina Kurkel, padahal mereka sama-sama berjalan dengan lambat.

Keker anak manja, cengeng dan tidak bisa menerima kekurangan dirinya, berbeda dengan Kurkel dia memiliki sifat mandiri dan kuat, yang pasti Kurkel selalu menyadari kekurangan dirinya.

***

dunianakita.wordpress.com
dunianakita.wordpress.com
Sebenarnya Keker anak yang baik hati, tetapi dia sangat dimanjakan. Ketika berbuat salah pun tidak pernah ditegur. Berbeda dengan Kurkel, dia dididik agar menjadi anak yang kuat.

"Momi, kenapa sih Keker selalu mengejekku? katanya aku berjalan sangat lambat, padahal kami itu sahabat," isak Kurkel kepada ibunya.

"Jangan bersedih jagoan ibu, kamu anak yang kuat, masa hanya diejek begitu saja pakai nangis. Coba ulangi yang ibu ajarkan, 'jangan marah bagimu surga.' Ingat itu sayang."

"Ok momi," jawab Kurkel dengan suara sedikit parau.

***

Keesokan harinya, ketika Kurkel sedang berjalan menuju sungai, dia melihat Keker sedang di ejek dengan teman-temannya. Kurkel tiada berdaya untuk menolong Keker.

Popmama.com
Popmama.com

"Tuhan! ingin sekali aku berlari membantu Keker." Kurkel terseok-seok melangkah menuju Keker yang sedang menangis. 

Keker pergi meninggalkan sungai tanpa tahu bahwa Kurkel melihat kejadian tersebut.

***

moodleone.org
moodleone.org
"Maafkan aku Keker! benar kata kamu, aku sahabat yang tidak berguna, jalanku lambat, bahkan saat engkau diejek, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan," gumam Kurkel.

Momi mendekati Kurkel yang sedang berbicara dengan cermin. Dengan senyuman yang tulus, Momi menasihati Kurkel tanpa lelah, hingga dia menjadi anak yang kuat.

"Barang siapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi. Jika ada orang yang menghinamu diamkan, kamu tidak usah membalasnya, jika menurut kamu sudah keterlaluan bertindaklah, ceritakan pada ibu." Itulah nasehat yang selalu diingat Kurkel, meski Keker sering menyakitinya, dia tetap menyayangi Keker.

***

Semenjak kejadian di sungai itu, ejekan teman-teman kepada Keker membuat sikap Keker berubah kepada Kurkel, dia menganggap dia berjalan sangat lambat karena sering bermain dengan Keker.

"Hai Keker apa kabar? ayo kita main ke sungai, sudah lama kita tidak bermain di sana," ajak Kurkel.

Keker bersikap cuek atas ajakan Kurkel dan pergi begitu saja. Hari berikutnya Kurkel melakukan hal yang sama, begitu pun dengan sikap Keker.

Kurkel selalu bersemangat, terus saja mengajak Keker bermain. Akhirnya Keker kesal.

"Kurkel! Kenapa kamu tidak bosan-bosan mengajak aku bermain, aku ketularan lamban karena bersahabat dengan kamu!" dengan suara yang keras Keker membentaknya.

"Maafkan aku Keker, aku bukan sahabat yang baik, saat kamu diejek sama teman-teman aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Keker terkejut ternyata Kurkel mengetahui ejekan teman-teman terhadapnya, Keker pun kesal kepada Kurkel, dan semakin menyalahkan Kurkel.

"Semua ini salah kamu! Pergi! Lupakan aku, aku tidak ingin lagi bersahabat dengan kamu, makhluk lelet!"

Kurkel pun menceritakan kepada ibunya atas sikap Keker, ternyata selama ini dia menganggap dia berjalan sangat lambat akibat berteman dengannya.

Seperti biasa, ibu Kurkel dapat menenangkan hati anaknya. Baginya, apa yang dilakukan Keker hanyalah angin lalu.

***

Sudah sebulan Keker tidak menyapa Kurkel, hati Kurkel sangat sedih, setiap hari Kurkel selalu berdoa untuk Keker.

moodleone.org
moodleone.org
Hingga suatu hari, Keker sedang dijahili oleh Kanci, Kancil arogan yang suka mengejek.

"Kanci! Sudah cukup! Selama ini tidak ada yang berani melawan kamu, biarpun kami lelet, kami selalu bersyukur dengan keadaan kami ...." Kurkel panjang lebar menasihati Kanci, tidak disangka Kanci adalah sosok yang cengeng dia pergi sambil menangis karena dibentak Kurkel.

"Terimakasih Kurkel, kamu masih baik sama aku, padahal aku sangat membenci kamu, selama ini aku mengejekmu untuk menutupi kekurangan ku, aku tidak tahan mereka selalu mengejekku lelet, maafkan aku, kamu memang sahabat yang baik, memiliki hati yang tulus," isak Keker sambil memeluk Kurkel.

"Aku tidak pernah marah sama kamu, kita senasib, meski kita lelet, tetapi kita kuat dengan tempurung kita," bisik Kurkel dengan tangis yang tertahan.

***

tomyfraneskie.blogspot.com
tomyfraneskie.blogspot.com
"Eh ternyata Kanci anak yang cengeng ya Kuker, dia nakal tapi cengeng," cibir Keker.

"Ssst ..., kita tidak boleh ikut menghina Kanci, apa bedanya nanti kita dengan Kanci," ucap Kurkel dengan kelembutan.

Akhirnya mereka bisa saling menguatkan satu sama lain, apabila ada yang mengejek mereka. Kini mereka tumbuh menjadi anak-anak dengan kepribadian yang luar biasa. Selalu membela jika ada yang melakukan perundungan.

Stop Bullying Jangan biarkan kita salah satu pelakunya, keep smile and istiqamah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun