Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arca Dewa Brahma Berkepala Empat Itu Dikembalikan ke Indonesia

16 Oktober 2024   06:46 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:37 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Brahma di malam hari (kiri/sumber: dokpri) dan di siang hari (kanan/sumber: wereldmuseum.nl melalui Historia)

Arca-arca kuno Indonesia rupanya menarik perhatian bangsa-bangsa asing, terutama bangsa Belanda. Banyak arca itu berasal dari candi, terutama candi Singhasari di Jawa Timur.

Pada 1970-an arca Prajnaparamita dikembalikan ke tanah air. Selanjutnya pada 2023 dan 2024 dikembalikan lagi lebih banyak arca.

Arca-arca batu itu kemudian dipamerkan pada akhir 2023 di Galeri Nasional Indonesia. Waktu itu Museum Nasional Indonesia masih ditutup karena terkena bencana kebakaran.

Arca-arca batu yang dikembalikan berukuran besar dan berat. Bayangkan keterampilan seniman-seniman Nusantara pada masa lalu. Ukirannya indah sehingga sering disebut gaya seni Singhasari.

Pada 11 Oktober 2024 lalu saya mendapat undangan untuk mengunjungi Museum Nasional Indonesia. Ada beberapa topik pameran di sana. Selain Pameran Repatriasi, ada Pameran Pasca Kebakaran.

Arca Brahma di Museum Nasional Indonesia (Sumber: Dokpri)
Arca Brahma di Museum Nasional Indonesia (Sumber: Dokpri)

Arca Brahma

Dari sejumlah arca batu, arca Brahma menarik dibahas untuk publik. Tentu kita masih ingat pelajaran di sekolah tentang dewa Trimurti, yakni tiga dewa tertinggi dalam Hindu.

Ketiga dewa Trimurti itu adalah Brahma (dewa pencipta alam semesta), Wisnu (dewa pemelihara alam semesta), dan Siwa (dewa perusak alam semesta).

Namun Brahma tidak sepopuler Wisnu dan Siwa karena tugas Brahma sebagai pencipta dianggap sudah selesai.

Maka pemujaan umat Hindu lebih dititikberatkan pada Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam semesta dan Siwa sebagai perusak alam semesta. Akibatnya muncul dua aliran besar, yakni aliran Wisnuis atau Waisnawa (pemuja Wisnu) dan Siwais atau Saiwa (pemuja Siwa).

Dalam pengarcaannya Brahma selalu digambarkan bertangan empat. Kedua tangan depan bersikap meditasi atau melakukan sikap lainnya, sedangkan kedua tangan belakang bisa juga memegang camara atau aksamala.

Laksana milik Siwa lainnya ada di dekat tubuh Brahma, yaitu trisula dan kendi kamandalu. Brahma dapat digambarkan duduk bersila atau berdiri tegak, mahkota yang dikenakannya berupa topi yang meninggi dinamakan kirita-mukuta, wajahnya digambarkan dengan raut orang tua. Pakar ikonografi atau arca kuno bisa dengan cepat mengidentifikasi arca-arca kuno. Ikonografi menjadi bagian ilmu arkeologi.

Tanda yang paling jelas terlihat adalah Brahma berkepala empat (caturmukha). Terkadang keempat kepala kelihatan dari semua sisi. Terkadang hanya tampak tiga kepala karena satu kepala tertutup sandaran arca.

Nah ini yang sering salah tafsir dengan arca Siwa Trisirah yang berkepala tiga. Untuk membedakannya kita harus melihat atribut-atribut lain seperti benda yang dibawa dan tanda pada tubuh.

Narasi singkat arca Brahma (Sumber: Dokpri)
Narasi singkat arca Brahma (Sumber: Dokpri)

Mitologi Brahma

Ada beberapa mitologi tentang kepala Brahma. Mitologi pertama menyebutkan semula Brahma berkepala lima, satu kepala berada di puncak empat kepala lain.

Namun karena Brahma pernah berlaku tidak sopan kepada Siwa, Siwa memotong kepala yang satu itu.

Mitologi lain mengatakan semula Brahma hanya memiliki satu kepala. Namun ia sangat gemar menonton kesenian, antara lain tarian para bidadari.

Ketika para bidadari menari mengelilinginya, demikian menurut arkeolog yang mendalami ikonografi Agus Aris Munandar, sebagai dewa pencipta ia malu untuk menolehkan kepalanya untuk melihat para bidadari yang mengitari dirinya.

Maka ia menciptakan kepala-kepala lain yang menghadap ke empat arah. Jadi ia tidak perlu lagi memutar kepalanya untuk menikmati tarian.

Dalam ikonografi, Brahma memiliki sebutan lain, yakni Hiranyagarbha atau "telur emas", karena ia dipandang lahir dari telur emas alam semesta yang berkilauan.

Setelah lahir, dewa ini kemudian menciptakan berbagai benda dan makhluk yang selanjutnya mengisi alam semesta.

Hiranyagarbha juga sering kali menjadi nama salah satu motif hias yang dipahatkan sebagai relief di candi-candi Jawa. Sementara itu, karena lahir dengan sendirinya (tanpa ayah dan ibu) dari telur emas, Brahma disebut Svayambhu.

Perlu juga diketahui, Brahma memiliki kendaraan atau wahana berupa hamsa (angsa). Ia mempunyai sakti atau isteri Dewi Saraswati atau Demi Pengetahuan. Demikianlah pengetahuan singkat tentang Brahma. Nanti kita lanjutkan dengan arca-arca lain.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun