Dalam pengarcaannya Brahma selalu digambarkan bertangan empat. Kedua tangan depan bersikap meditasi atau melakukan sikap lainnya, sedangkan kedua tangan belakang bisa juga memegang camara atau aksamala.
Laksana milik Siwa lainnya ada di dekat tubuh Brahma, yaitu trisula dan kendi kamandalu. Brahma dapat digambarkan duduk bersila atau berdiri tegak, mahkota yang dikenakannya berupa topi yang meninggi dinamakan kirita-mukuta, wajahnya digambarkan dengan raut orang tua. Pakar ikonografi atau arca kuno bisa dengan cepat mengidentifikasi arca-arca kuno. Ikonografi menjadi bagian ilmu arkeologi.
Tanda yang paling jelas terlihat adalah Brahma berkepala empat (caturmukha). Terkadang keempat kepala kelihatan dari semua sisi. Terkadang hanya tampak tiga kepala karena satu kepala tertutup sandaran arca.
Nah ini yang sering salah tafsir dengan arca Siwa Trisirah yang berkepala tiga. Untuk membedakannya kita harus melihat atribut-atribut lain seperti benda yang dibawa dan tanda pada tubuh.
Mitologi Brahma
Ada beberapa mitologi tentang kepala Brahma. Mitologi pertama menyebutkan semula Brahma berkepala lima, satu kepala berada di puncak empat kepala lain.
Namun karena Brahma pernah berlaku tidak sopan kepada Siwa, Siwa memotong kepala yang satu itu.
Mitologi lain mengatakan semula Brahma hanya memiliki satu kepala. Namun ia sangat gemar menonton kesenian, antara lain tarian para bidadari.
Ketika para bidadari menari mengelilinginya, demikian menurut arkeolog yang mendalami ikonografi Agus Aris Munandar, sebagai dewa pencipta ia malu untuk menolehkan kepalanya untuk melihat para bidadari yang mengitari dirinya.
Maka ia menciptakan kepala-kepala lain yang menghadap ke empat arah. Jadi ia tidak perlu lagi memutar kepalanya untuk menikmati tarian.
Dalam ikonografi, Brahma memiliki sebutan lain, yakni Hiranyagarbha atau "telur emas", karena ia dipandang lahir dari telur emas alam semesta yang berkilauan.