Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenangan Menggunakan Mesin Tik Manual dan Kamera Analog

3 Juli 2024   19:15 Diperbarui: 3 Juli 2024   19:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup rumit penggunaannya karena tergantung ASA (jenis atau ukuran kepekaan film, seperti ASA 100 atau di atasnya), diafragma, dan kecepatan. 

Beda dengan kamera digital, apalagi kamera pada ponsel. Saat ini hampir semua orang bisa memotret karena boleh dibilang langsung jepret jadi.

Kamera analog menggunakan film negatif hitam putih atau berwarna. Untuk mendapatkan hasil bagus, bisa menggunakan film positif atau slide. Semua film harus diproses dengan cara mencuci dan mencetak. Sebagian besar harus dibawa ke foto studio.

Bagian belakang kamera manual, terlihat roll film/tanda panah (Sumber: Dokpri)
Bagian belakang kamera manual, terlihat roll film/tanda panah (Sumber: Dokpri)

Dulu kalau tugas lapangan, saya membawa tiga kamera, masing-masing berisi film hitam putih, film berwarna, dan slide. Paling sedikit saya menghabiskan masing-masing tiga roll film. 

Film hitam putih dicuci dan dicetak sendiri di kamar gelap. Waktu itu cukup berat membawa perlengkapan fotografi. 

Saya harus membawa dua tas isi kamera, belum lagi memakai rompi kargo untuk membawa perlengkapannya, termasuk tripod.

Biasanya satu roll film paling sedikit berisi 24 frame dan paling banyak 36 frame. Inilah borosnya menggunakan film. Bandingkan dengan foto pada kamera digital atau ponsel yang bisa dihapus bila kita anggap jelek.

Tas kamera yang sering saya bawa tugas liputan (Sumber: Dokpri)
Tas kamera yang sering saya bawa tugas liputan (Sumber: Dokpri)

Sesuai kemajuan teknologi, maka kemudian tercipta scanner, yakni alat untuk mendigitalkan film negatif dan film positif. Ini tentu menguntungkan kita yang hidup pada zaman analog. Sayang banyak film negatif saya belum sempat di-scan.***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun