Ketika akhirnya Indonesia ditetapkan sebagai nama kebangsaan bagi negara independen pelanjut Hindia-Belanda pada Kongres Sumpah Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta surut penggunaannya. Istilah ini kemudian tetap lestari dipakai sebagai sinonim bagi Indonesia, dan dipakai dalam berbagai hal yang utamanya berkaitan dengan kebangsaan, contohnya dalam pengertian kebudayaan, antropogeografik, maupun politik (misalnya konsep Wawasan Nusantara).
Begitulah nama Nusantara sudah dikenal sejak lama. Saya punya beberapa buku masih menggunakan nama Nusantara. Buku-buku itu diterbitkan jauh sebelum pencanangan nama ibu kota Nusantara.
Mengapa ibu kota baru dinamakan Nusantara? Dikabarkan, sebagaimana ditulis beberapa media, nama Nusantara berdasarkan tradisi lisan lokal Kutai. Tercatat dalam naskah Salasilah Kutai, sebelum daerah itu bernama Kutai pada abad ke-13, wilayah itu juga disebut Nusentara (berarti tanah yang terpotong). Ini dihubungkan dengan tanah tokoh Aji Batara yang  terletak di antara Jahitan Layar (diduga koloni Jawa) dan Kutai lama.
Betapa pun bakal ada kerancuan kalau menyebut nama Nusantara, sebagai nama ibu kota ataukah istilah Indonesia sebelum menjadi republik. Menurut saya, agar berbeda disebut saja Nusantara Baru, sebagaimana halnya kita mengenal Selandia Baru (New Zealand) atau Kaledonia Baru (New Caledonia).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H