Batuan dan tanah
Saya pertama kali memasuki gedung di bagian muka. Meskipun sedang ada perbaikan karena atap bocor, saya sempat melihat-lihat koleksi di sana. Ada koleksi batuan sebagai bahan induk pembentuk tanah. Ada informasi proses dan faktor pembentuk tanah. Ternyata tanah memiliki beragam jenis loh. Tentu tergantung lokasi geografis suatu daerah.
Ambil contoh bunga edelweis, coba tanam di Jakarta. Apakah bisa tumbuh? Tentu tidak. Nah, ini menunjukkan tanah memiliki karakteristik tertentu.
Pasti masyarakat perkotaan belum tahu yang namanya membajak tanah. Ada satu diorama di dalam museum yang menggambarkan komoditas pangan beserta peradaban pertanian. Dulu pengolahan lahan sawah dilakukan oleh kerbau atau sapi. Namun seiring kemajuan teknologi, pengolahan sawah memakai mesin traktor.
Pada bagian lain tergambar kemewahan rempah-rempah yang bernilai ekonomi tinggi sehingga menarik perhatian bangsa Eropa untuk datang ke Nusantara.Â
Pada salah satu panil kita dapat mengetahui bahwa pada 1946 kita pernah memberikan bantuan kepada India sebanyak 500 ribu ton beras.Â
Betapa waktu itu kita surplus beras. Kok sekarang malah impor? Semoga kita tidak mengimpor beras lagi. Iya kita harus berkaca dari masa lampau melalui museum, bahwa kita pernah hebat dalam pertanian.
Banyak informasi
Yang jelas banyak informasi kalau kita berkunjung ke Museum Tanah dan Pertanian. Kompleksnya cukup luas. Ada 4 gedung berdiri di sana, yang disebut Gedung A, Gedung B, Gedung C, dan Gedung D.Â
Memasuki museum ini tidak dikenakan biaya. Informasi kunjungan bisa dilihat atau ditanyakan kepada pengelola museum.***