Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia Pernah Membantu India 500 Ribu Ton Beras, Kok Sekarang Impor

28 Oktober 2023   10:51 Diperbarui: 30 Oktober 2023   20:06 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu koleksi museum berupa peradaban pertanian. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gedung A Museum Tanah dan Pertanian. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gedung A Museum Tanah dan Pertanian. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Batuan dan tanah

Saya pertama kali memasuki gedung di bagian muka. Meskipun sedang ada perbaikan karena atap bocor, saya sempat melihat-lihat koleksi di sana. Ada koleksi batuan sebagai bahan induk pembentuk tanah. Ada informasi proses dan faktor pembentuk tanah. Ternyata tanah memiliki beragam jenis loh. Tentu tergantung lokasi geografis suatu daerah.

Ambil contoh bunga edelweis, coba tanam di Jakarta. Apakah bisa tumbuh? Tentu tidak. Nah, ini menunjukkan tanah memiliki karakteristik tertentu.

Pasti masyarakat perkotaan belum tahu yang namanya membajak tanah. Ada satu diorama di dalam museum yang menggambarkan komoditas pangan beserta peradaban pertanian. Dulu pengolahan lahan sawah dilakukan oleh kerbau atau sapi. Namun seiring kemajuan teknologi, pengolahan sawah memakai mesin traktor.

Pada bagian lain tergambar kemewahan rempah-rempah yang bernilai ekonomi tinggi sehingga menarik perhatian bangsa Eropa untuk datang ke Nusantara. 

Pada salah satu panil kita dapat mengetahui bahwa pada 1946 kita pernah memberikan bantuan kepada India sebanyak 500 ribu ton beras. 

Betapa waktu itu kita surplus beras. Kok sekarang malah impor? Semoga kita tidak mengimpor beras lagi. Iya kita harus berkaca dari masa lampau melalui museum, bahwa kita pernah hebat dalam pertanian.

Peta lokasi dan jam operasional museum. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Peta lokasi dan jam operasional museum. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Banyak informasi

Yang jelas banyak informasi kalau kita berkunjung ke Museum Tanah dan Pertanian. Kompleksnya cukup luas. Ada 4 gedung berdiri di sana, yang disebut Gedung A, Gedung B, Gedung C, dan Gedung D. 

Memasuki museum ini tidak dikenakan biaya. Informasi kunjungan bisa dilihat atau ditanyakan kepada pengelola museum.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun