Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arkeolog dan Pakar Tari Edi Sedyawati Meninggal

12 November 2022   10:06 Diperbarui: 12 November 2022   10:15 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan saya tentang Ibu Edi Sedyawati di Suara Pembaruan, 24 Juli 1992 (Dokpri)

Boleh dibilang menulis menjadi 'makanan' sehari-hari beliau. Jangan heran ketika menjadi Direktur Jenderal Kebudayaan, beliau menyusun sendiri sambutan atau pidato yang hendak disampaikan. Kumpulan sambutan beliau kemudian dikumpulkan dalam buku Budaya Indonesia.

Dua dari sejumlah buku karya Edi Sedyawati (Dokpri)
Dua dari sejumlah buku karya Edi Sedyawati (Dokpri)

Prasasti

Ketika menjadi mahasiswa, Edi Sedyawati termasuk cerdas. Ini pernah disampaikan Pak Boechari, seniornya di Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno Indonesia, nama ketika itu. Boechari sendiri dikenal sebagai pakar membaca prasasti atau pakar epigrafi.

Karena cerdas, Edi Sedyawati pernah dijadikan asisten oleh Boechari. Ini karena beliau mahir membaca aksara kuno. Namun kemudian Edi beralih kepada arca kuno. "Ih ngeri kalau membaca aksara kuno," begitu pernah diungkapkan Boechari kepada penulis.

Ibu Edi memiliki dua putra, yakni Teguh Anantawikrama dan Bima Sinung Widagdo. Nama-nama yang masih 'bersifat' arkeologi. Pak Boechari lah yang memberi nama itu. Di kalangan arkeologi, Pak Boechari dikenal sebagai 'pakar pemberi nama bayi'.

Tulisan saya tentang Ibu Edi Sedyawati di Suara Pembaruan, 24 Juli 1992 (Dokpri)
Tulisan saya tentang Ibu Edi Sedyawati di Suara Pembaruan, 24 Juli 1992 (Dokpri)

Ibu Edi pernah mendapat sejumlah penghargaan antara lain dari pemerintah, komunitas, dan Habibie Center.

Selamat jalan Ibu Edi, semoga ibu mendapatkan tempat terbaik. Terima kasih atas ilmu dan perhatian yang ibu berikan kepada saya.***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun