Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Jalan Tommy, Arkeolog Idealis dalam Otokritik dan Menulis

9 Oktober 2022   18:03 Diperbarui: 9 Oktober 2022   18:11 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tommy (Sumber: FB Mas Din) dan beberapa buku karya Tommy (Dokpri)

Kamis, 6 Oktober 2022 kita kehilangan lagi seorang arkeolog senior. Bambang Budi Utomo (1954-2022) meninggal karena sakit. Ia dimakamkan keesokan harinya di Srengseng Sawah.

Tommy, begitulah nama panggilannya, setia bergabung dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, sejak lulus dari UI. Karena berstatus peneliti utama, ia pensiun dalam usia 65 tahun, tepatnya pada 2019. Saat ia menunggu surat, muncul pengumuman bahwa usia pensiun peneliti utama naik menjadi 70 tahun. Sayang, surat keputusan sudah ditandatangani. Jadi ia tetap pensiun pada usia 65.

Tommy memiliki kepakaran di bidang Arkeologi Klasik. Arkeologi Klasik identik dengan masa Hindu-Buddha, sebuah periodesasi dalam arkeologi. Kalau berbicara tentang Kerajaan Sriwijaya, maka beliau cukup hafal. Begitu pula tentang kepurbakalaan Jambi.

Buku-buku karya Tommy (Dokpri)
Buku-buku karya Tommy (Dokpri)

Menulis 

Tommy senang berbagi. Ia menulis pada beberapa media cetak lokal dan nasional sejak 1980-an. Dengan demikian namanya menyebar. Akibatnya ia dikenal juga di kalangan non-arkeologi, termasuk  organisasi Buddha. Maklum tinggalan Buddha, seperti Candi Borobudur, menjadi salah satu kajian arkeologi. Ia sempat menulis buku Buddha di Nusantara.

Tulisan Tommy boleh dibilang bersifat ilmiah populer. Ia menggunakan berbagai referensi yang kemudian diolah lagi menjadi tulisan untuk media cetak. Masa 2000-an Tommy sering menulis di Kompas untuk rubrik Sorotan atau Teropong. Dalam banyak tulisan ia sering menyebut "Kerani Rendahan".  Maklum ia hanya berpendidikan S-1, tidak berambisi kuliah tambahan di S-2 atau S-3.

Beda dengan tulisan saya yang lebih cenderung ke populer murni. Kalaupun ada ilmiahnya, yah cuma sedikit. Karena itu tulisan saya lebih sering dimuat dalam rubrik Opini di Kompas.

Sebagai staf Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (yang sejak awal 2022 berubah menjadi bagian dari BRIN), Tommy adalah orang gajian dan kemudian orang pensiunan. Sementara saya, dari dulu sampai sekarang, tetap orang honorariuman. Artinya mengandalkan hidup dari honorarium tulisan.

Otokritik

Sebagai peneliti, Tommy bergaul dengan siapa saja. Karenanya ia banyak mendapatkan informasi arkeologi, baik tentang masalah pribadi maupun masalah instansional. Tak segan-segan ia sering memberikan otokritik kepada para arkeolog, terutama instansinya. Maklum, penelitian arkeologi sering dilakukan tapi publikasi minim sehingga informasi arkeologi tidak sampai ke publik.

Kalau ada masalah arkeologi, ia sering mengontak saya. "Tuh bikin berisik arca nandi," katanya. Arca itu milik seorang kolektor, yang katanya berharga miliaran. Banyak jurnalis menulis hal yang fantastis. Cuma saya yang menulis arca itu palsu atau hanya benda seni, bukan benda purbakala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun