Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penemuan Jalur Trem Kuno, Sistem Air Bersih, dan Jembatan Glodok pada Pembangunan MRT

27 September 2022   07:45 Diperbarui: 3 Oktober 2022   23:18 35511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arkeologi dan proyek pembangunan sering kali berbenturan kepentingan. Ini karena keduanya berhubungan dengan tanah. Arkeologi bertugas melestarikan tinggalan masa lampau. Sedangkan proyek pembangunan sering kali mengusik tinggalan arkeologi.

Namun keduanya bisa berkompromi karena arkeologi tidak boleh menghambat pembangunan. Sebaliknya, pembangunan tidak boleh menghancurkan atau merusak tinggalan arkeologi.

Dulu ada yang disebut Studi Kelayakan Arkeologi (SKA). Artinya setiap pembangunan fisik berskala besar harus didahului oleh kegiatan SKA. Kegiatan SKA antara lain pernah diterapkan pada pembangunan waduk Cirata beberapa tahun lalu.

Temuan struktur untuk penyaringan air bersih (Sumber: Materi Argi Arafat)
Temuan struktur untuk penyaringan air bersih (Sumber: Materi Argi Arafat)

Hutan beton

Sayang pembangunan fisik di Jakarta sering kali tidak didahului SKA. Akibatnya banyak situs atau tinggalan arkeologi rusak, hancur, bahkan hilang karena pembangunan yang tidak terkontrol itu. Saat ini kita tidak mungkin lagi menemukan tinggalan arkeologi karena banyak area terbuka sudah tertutup hutan beton.

Jakarta berkembang sejak abad ke-17 sejak bernama Batavia. Dalam waktu sekian ratus tahun tentu banyak data arkeologi yang tertinggal. Data itu berupa benda, bangunan, struktur, atau tempat-tempat penting yang dapat memberi gambaran tentang evolusi Jakarta.

Argi Arafat, arkeolog muda yang ikut terlibat dalam pengumpulan data dalam rangka pembangunan MRT Bundaran HI -- Kota, mengatakan sebagian data tersebut telah mengalami perubahan jauh sebelum kegiatan pembangunan MRT. Data yang tersisa masih terdapat di dalam tanah dan di atas permukaan tanah yang membutuhkan perhatian.

"Salah satu misi dalam membangun sistem transportasi baru ini adalah untuk melestarikan data arkeologis dari kemusnahan. Sedangkan tujuan kegiatan penggalian dan pelestarian ini, untuk  menguji kandungan tanah di lokasi calon stasiun dan untuk pendokumentasian warisan budaya tersebut sebagai bentuk kontribusi bagi penulisan sejarah kota Jakarta," kata Argi.

Temuan pipa kuno (Sumber: Materi Argi Arafat)
Temuan pipa kuno (Sumber: Materi Argi Arafat)

Temuan di sepanjang jalur MRT

Pembangunan jalur MRT Bundaran HI -- Kota sudah berlangsung cukup lama. Namun di sepanjang jalur Bundaran HI -- Harmoni hanya didapatkan sedikit temuan yang berusia muda. Beberapa temuan seperti koin masa 1970-an, botol tinta, dan pecahan keramik bisa dilihat pada pameran transportasi di Museum Sejarah Jakarta hingga 30 September 2022.

Temuan yang cukup banyak terdapat di sepanjang Harmoni -- Kota. Dulu Batavia terbagi dua wilayah. Yang berada di dalam benteng berawal dari pantai hingga Kota. Dari Kota ke Harmoni termasuk berada di luar benteng.

Argi mengatakan, dalam kegiatan yang ia ikuti, ditemukan sejumlah artefak dan struktur. Di MRT CP 203 (Glodok -- Kota), misalnya, ditemukan jalur atau rel trem listrik. Begitu pula di MRT CP 202 (Harmoni). Jalur trem membentang sepanjang Jalan Gajah Mada -- Pintu Besar Selatan bahkan hingga kawasan kota tua. 

Selain itu di MRT CP 203 ditemukan struktur bata yang tersusun rapi. Semula fungsi struktur itu belum diketahui. Namun setelah ditemukan struktur serupa di lokasi lain, barulah menjadi terang bahwa struktur itu saluran air.    

Menurut Argi, kajian lapangan yang dilakukan selama 2021 dan 2022 memunculkan banyak informasi yang tidak diketahui sebelumnya. Misalnya penemuan sistem air bersih (waterleiding) abad ke-18 dan 1922 di bawah tanah jauh di bawah rel Trem Batavia, atau sisa jembatan Glodok (Glodokburg) yang menghubungkan Jalan Gajah Mada dengan Pintu Besar Selatan.  

"Upaya pembangunan MRT dalam melakukan kajian arkeologis di Jalur Harmoni -- Kota Tua pada prinsipnya adalah ujud nyata dari upaya pelindungan warisan sejarah dan budaya sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya," begitu kata Argi.

Upaya pihak MRT memberikan kesempatan kepada tim arkeologi patut diapresiasi. Bahkan pihak MRT akan membangun semacam museum untuk memamerkan temuan-temuan arkeologi itu di kawasan kota tua.

Sekarang masalahnya, bagaimana memamerkan struktur kuno karena tidak bisa dipindahkan. Apakah cukup dengan foto? Semoga ini menjadi pemikiran kita bersama.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun