Pada perkembangannya, trem memiliki banyak kendala seperti banyak sampah dan banyak copet. Akibatnya mulai 1950-an banyak caci maki terhadap trem. Akhirnya trem berhenti beroperasi pada 1962.
Kronologis dan tematis
Menurut pengantar kuratorial, penyajian pameran menggunakan metode kronologis dan tematis. Pendekatan kronologis menekankan penyajian koleksi secara kronologi dari waktu ke waktu. Sementara pendekatan tematik lebih menekankan pada cerita dengan tema tertentu.
Awal kedatangan trem diceritakan pada bagian awal panel. Termasuk penampakan berbagai karcis trem yang digunakan pada masa 1950-an dan perkembangan jalur trem.Â
Kebetulan saya punya karcis trem tinggalan tante saya. Nah, koleksi itu ikut dipamerkan. Yah, untuk memperkaya pengetahuan generasi kita sekarang yang belum pernah melihat trem.
Dalam pameran, diinformasikan juga studi transportasi masal Jakarta dari gubernur ke gubernur. Dari sini kita tahu bahwa wacana kereta bawah tanah atau subway sudah direncanakan sejak masa Presiden Sukarno. Namun karena terkendala biaya baru terlaksana puluhan tahun kemudian.
Sebagai kota besar macam Jakarta memang dibutuhkan transportasi masal yang cepat, aman, dan murah. Jadilah MRT menjadi pilihan utama. Pencapaian PT MRT Jakarta bisa kita saksikan di pameran.
Berbagai temuan arkeologis selama penggalian jalur MRT memperkaya materi pameran. Ada keramik dan ada uang. Semuanya temuan dari kawasan Monas.
Pada bagian akhir kita bisa melihat soal transportasi masa depan. Rencana pengembangan MRT menjadi salah satu materi, terutama rute HI -- Kota.Â
Direncanakan stasiun Monas dan Harmoni akan dibuka pada 2027 dan stasiun selanjutnya pada 2029. Selain itu ada perbandingan dengan MRT di Thailand, Singapura, dan Malaysia.