Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengemas Wisata Candi: Belajar dari Kasus Borobudur

25 Juni 2022   09:43 Diperbarui: 25 Juni 2022   14:02 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu candi di kompleks Muaro Jambi yang berciri Buddha (Foto: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Dari sekian banyak candi, yang paling mendapat perhatian adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Candi Borobudur bersifat Buddha, sedangkan Candi Prambanan berciri Hindu. Kedua candi sudah menjadi warisan dunia. Ratu Baka yang terletak tidak jauh dari Prambanan juga terkena dampak positif. Keberadaannya sebagai obyek pariwisata, mendapat dukungan dari banyak pihak.

Baru tiga candi itu yang dikomersialkan secara besar-besaran. Investasinya juga miliaran rupiah. Keberadaan candi didukung atau ditunjang berbagai fasilitas. Berbicara investasi, tentu berbicara pariwisata dan keindahan.

Namun kalau pariwisata tidak terkontrol, bisa jadi akan seperti Borobudur. Batu-batu anak tangga semakin aus. Banyak relief juga rusak tergerus barang bawaan pengunjung. Karena khawatir semakin rusak, maka muncul wacana tiket menjadi Rp750.000.

Hal ini tentu menjadi momen bagus buat para pengelola candi-candi di luar Borobudur. Bahwa mengunjungi candi tidak hanya untuk berswafoto, duduk-duduk di stupa, membuang sampah ke lantai, atau melakukan vandalisme. Mereka harus mengambil nilai dari kearifan atau keterampilan nenek moyang kita dulu. Nah, manfaatkanlah momen Borobudur.

Di luar Jawa, candi banyak terdapat di Sumatera. Candi Bahal atau Biaro Bahal terdapat di Sumatera Utara. Di Sumatera Barat antara lain terdapat Candi Padang Roco dan Candi Pancahan.

Kompleks percandian yang cukup luas adalah Muaro Jambi di Provinsi Jambi. Sejak beberapa tahun lalu kompleks Muaro Jambi didaftarkan ke UNESCO untuk menjadi warisan dunia. Potensi candi di luar Jawa harus dikembangkan.

Salah satu candi di kompleks Muaro Jambi yang berciri Buddha (Foto: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Salah satu candi di kompleks Muaro Jambi yang berciri Buddha (Foto: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Batu bata

Belajar dari masalah Candi Borobudur, tentu peraturan harus benar-benar diterapkan pada berbagai candi bahwa pengunjung dilarang keras menaiki candi. Maklum, banyak candi terbuat dari batu bata. Bata memiliki daya tahan yang lebih rendah daripada batu andesit.

Candi-candi di Jawa Timur, terutama di Trowulan, tergolong rawan karena terbuat dari batu bata. Bisa dibayangkan kalau sepuluh orang yang tidak disiplin menaiki candi, tentu perlahan-lahan akan merusakkan batu bata tersebut.

Kompleks percandian Batujaya di Karawang sesungguhnya menarik. Umurnya dianggap lebih tua daripada Candi Borobudur. Namun, berbahan batu bata dan terletak dekat pantai sehingga membahayakan batu bata.

Kalau mau dikembangkan, prioritas utama kompleks percandian Muaro Jambi. Luas kompleks ini hampir 4.000 hektar dan sudah menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun