Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baso, Aslinya Daging Babi Berbentuk Bulat

23 Juni 2022   12:57 Diperbarui: 24 Juni 2022   11:14 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motif flora/fauna asal Tiongkok berpengaruh di Nusantara (Sumber: tangkapan layar makalah Udaya Halim)

Menurut Udaya selanjutnya, makam Sunan Gunung Jati dan isterinya, Ong Tien Nio, menggunakan dekorasi hiasan dari keramik masa Dinasti Ming. Masih di Cirebon, motif batik mega mendung yang amat dikenal itu ternyata merupakan pengaruh jubah Kaisar Qing. Di daerah lain, banyak motif flora/fauna pada batik berasal dari Tiongkok. Yang amat dikenal batik peranakan. Pengaruh Tionghoa tampak sekali pada bangunan dan tinggalan budaya di Lasem. Maka Lasem dijuluki Tiongkok kecil.

Motif flora/fauna asal Tiongkok berpengaruh di Nusantara (Sumber: tangkapan layar makalah Udaya Halim)
Motif flora/fauna asal Tiongkok berpengaruh di Nusantara (Sumber: tangkapan layar makalah Udaya Halim)

Pengaruh Tiongkok lain terdapat pada kuliner. Yang paling dikenal adalah baso. Aslinya baso adalah daging babi yang berbentuk bulat. Namun di Nusantara dimodifikasi menjadi baso sapi, baso ikan, dsb. Bentuk baso pun ada gepeng, kecil, besar, bahkan ada istilah baso beranak. Sekoteng, mie, bacang, dan asinan juga pengaruh Tiongkok.

Istilah loteng, kemoceng, pisau, pengki, gua (yang sering disingkat gw), elu, dan cabo juga berasal dari kata-kata dialek Hokkian yang sudah membumi di Nusantara. Pengaruh Tionghoa lain banyak terdapat di Betawi, seperti hiasan burung hong, kebaya encim, dan baju koko.

Ternyata kebudayaan itu dinamis. Saling mempengaruhi di tempat baru. Kalau ada rendang babi sebagaimana viral akhir-akhir ini, tentu saja sah. Bisa jadi nanti ada rendang ikan, rendang ayam, rendang ular, atau bahan lain. Kalau tidak suka, jangan ikut makan, itu saja.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun