Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Krisis Moneter (Krismon) dan Tragedi Mei 1998

9 Mei 2022   06:42 Diperbarui: 9 Mei 2022   06:49 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa se-Jabodetabek naik ke atap Gedung MPR/DPR menuntut reformasi dan Presiden Soeharto mundur (Sumber: Kompas/Eddy Hasby)  

Di masa krismon itu banyak bank kesulitan keuangan. Untuk mendapatkan dana masyarakat, mereka menerima deposito dengan bunga sekitar 65%. Dalam kondisi normal, bunga deposito paling-paling 20%.

Namun itu pun tidak mampu menyelamatkan banyak bank. Seingat saya beberapa bank ditutup permanen, dengan istilah dilikuidasi. Bank Hastin, Bank Harapan Sentosa, Bank Dagang Nasional Indonesia, Bank Windu Kencana, Bank Prima Express, dan Bank Andromeda sekarang tinggal kenangan. Kalau tidak salah ada 16 bank. Itulah krisis perbankan terbesar yang pernah dialami Indonesia.

Beberapa bank dimerger. Namun sahamnya lebih banyak dikuasai asing. Banyak bank supaya tidak kolaps mendapat dana dari Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Tragisnya, banyak permainan kotor di sini. Banyak orang 'mengemplang' dana BLBI dan telah melalui proses hukum. Namun ada yang belum terungkap.

Entah berapa banyak orang kena PHK karena dampak krismon 1998. Beberapa rekan saya, tadinya punya usaha di pusat perbelanjaan. Ia naik BMW. Namun hasil usahanya bertahun-tahun hilang dalam sekejap karena tempat usahanya dijarah dan dibakar. Tidak ada lagi yang tersisa. Mereka kemudian memulai lagi dari nol dengan berjualan memakai sepeda.

Dalam masa Covid-19 sejak awal 2020 memang banyak orang kena PHK. Namun kasusnya tentu berbeda. Belajar dari masa lalu, semoga negara dan masyarakat kita aman dan tenteram. Tidak ada lagi kerusuhan yang membuat rugi orang banyak yang tidak bersalah. Hanya gotong royong yang menjadi kunci persatuan bangsa. Tragedi 1998 jangan sampai terulang dan harus menjadi pelajaran buat kita semua.***

  

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun