Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Krisis Moneter (Krismon) dan Tragedi Mei 1998

9 Mei 2022   06:42 Diperbarui: 9 Mei 2022   06:49 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa se-Jabodetabek naik ke atap Gedung MPR/DPR menuntut reformasi dan Presiden Soeharto mundur (Sumber: Kompas/Eddy Hasby)  

Mereka berada di bagian dalam, mungkin susah keluar karena terjebak asap.

Gedung BCA menjadi sasaran amukan massa (Sumber: liputan6.com)
Gedung BCA menjadi sasaran amukan massa (Sumber: liputan6.com)

Naik ke atap Gedung DPR

Presiden Soeharto waktu itu sedang berada di Kairo. Saya lupa beliau mengikuti kegiatan apa. Pada 15 Mei beliau pulang lebih awal ke Indonesia. Namun suasana belum reda. Bahkan ada desakan supaya Soeharto mundur lebih cepat.

Desakan itu antara lain datang dari Ketua MPR/DPR Harmoko (1997-1999). Harmoko pernah menjadi Menteri Penerangan semasa pemerintahan Soeharto. "Saya minta saudara presiden mundur dari jabatannya," begitu kira-kira kata Harmoko pada 18 Mei 1998.

Saat itu demonstrasi mahasiswa semakin membesar. Bahkan mereka naik ke atap Gedung DPR di bilangan Senayan. 

Akhirnya pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan mundur. Otomatis Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikannya. Mahasiswa di Gedung DPR bersorak-sorai kegirangan. Mereka menari-nari. Bahkan beramai-ramai menceburkan diri ke kolam di halaman Gedung DPR. 

Itulah akhir masa Orde Baru (Orba) yang kemudian digantikan Orde Reformasi. Orba berkuasa di Indonesia selama 32 tahun, dari 1966 hingga 1998.

Mall Klender atau Plaza Yogya yang dibakar massa, banyak korban tewas ditemukan di dalam bangunan (Sumber: kompas.com melalui artikel.rumah123.com)
Mall Klender atau Plaza Yogya yang dibakar massa, banyak korban tewas ditemukan di dalam bangunan (Sumber: kompas.com melalui artikel.rumah123.com)

Rasial

Kerusuhan 1998 bersifat rasial.  Konon ada pemerkosaan. Jangan heran kalau banyak toko dan pusat perbelanjaan dibakar dan dijarah. Massa sulit dikendalikan. Apa yang bisa diambil, yah diambil. Ada ada alat elektronik, ada bahan makanan. Sasaran utama tentu saja toko swalayan.

Kerusuhan 1998 berawal dari Krisis Moneter (krismon) yang melanda Asia sejak 1997. Kalau tidak salah, Thailand negara Asia pertama yang terimbas krismon. Krismon hebat kemudian melanda Indonesia. Bayangkan nilai tukar dollar AS, yang tadinya $1 = Rp2.000, menjadi $1 = Rp16.000. Selanjutnya stabil pada kisaran $1 = Rp8.000. Bayangkan empat kali lipat dari keadaan normal. Kurs negara-negara lain pun ikut melambung.

Bayangkan, hutang Indonesia menjadi berkali-kali lipat besarnya. Akibatnya dikonversi menjadi saham oleh pihak asing. Jangan heran kalau banyak pihak asing menguasai saham pada banyak perusahaan. Tadinya perbandingan saham 60% Indonesia dan 40% asing. Setelah krismon berubah 60% asing dan 40% Indonesia. Bahkan ada yang lebih. Begitulah gambarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun