Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Penyebaran Islam di Nusantara, Kontribusi Tiongkok Lebih Besar daripada Kontribusi Arab

11 April 2022   14:06 Diperbarui: 11 April 2022   22:01 2174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku tentang Cheng Ho (Dokpri)

Buku tentang Sam Po Kong atau Sampokong (Dokpri)
Buku tentang Sam Po Kong atau Sampokong (Dokpri)

Buku 

Kesimpulan Qurtuby, masih menurut indonesia.go.id, tak jauh berbeda dari Slamet Muljana. Masuknya Islam di Nusantara disebarkan oleh orang-orang Tionghoa.  Lantas sejauh mana kontribusi masyarakat Arab dalam penyebaran Islam di Nusantara, menurut Qurtuby, peran determinan mereka baru terasakan di akhir abad ke-18.

Hipotesis masuknya Islam di Indonesia karena kontribusi etnis Tionghoa semakin dikukuhkan oleh beberapa penelitian lain sebagaimana terlihat dari buku-buku bertopik Cheng Ho. 

Selama ini memang orang-orang lebih meyakini kontribusi orang-orang Arab jauh lebih besar daripada orang-orang Tiongkok dalam penyebaran Islam di Nusantara. Kemungkinan besar,  prasangka buruk kepada etnis Tionghoa mulai terbangun sejak kedatangan kolonialisme Belanda ke Nusantara. Tentu kita masih ingat akan pembunuhan orang-orang Tionghoa oleh tentara penjajah pada 1740.

Sejarah berpedoman pada sumber tertulis. Pendukungnya adalah data arkeologi berupa tinggalan artefak. Ternyata dalam penyebaran Islam di Nusantara kontribusi Tiongkok lebih besar daripada kontribusi Arab. Data arkeologi ada di beberapa tempat.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun