Begitu juga dengan lembaran emas bertulis itu. Kalau dilihat sepintas memang kuno. Ada tulisan beraksara dewa yang sulit dimengerti masyarakat masa kini. Ada gambar fantastis menunjukkan keterampilan karya seni sangat tinggi. Terbuat dari emas sehingga menunjukkan harga yang mahal. Apalagi dibumbui Universitas Hamburg dan uji laboratorium. Kemungkinan ia tertipu penjual nakal. Tipu-tipu untuk mencari keuntungan.
Prasasti Gajah Mada
Fenomena penduplikasian koleksi sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Sayang karya kreatif ini dimanfaatkan untuk mengelabui orang atau kolektor dengan motif ekonomi. Modal murah dijual mahal, begitulah.Â
Silakan baca tulisan berikut [Banyak Prasasti Palsu dari Lembaran Emas untuk Menipu Kolektor].
Banyak arkeolog yang menekuni epigrafi sudah beberapa kali mendengar kasus ini. Biasanya sumber untuk membuat duplikasi adalah Prasasti Gajah Mada yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Sebagian menyebutnya Prasasti Singosari karena ditemukan pada 1904 di dekat Candi Singosari, Malang. Dinamakan Prasasti Gajah Mada karena menyebutkan seorang tokoh bernama Mpu Mada atau Gajah Mada. Di antara banyak prasasti, inilah tulisan terbagus dan terjelas, meskipun sudah berusia ratusan tahun.
Prasasti Gajah Mada memiliki 17 baris tulisan hanya pada sisi depan (recto). Aksara dan bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna. Bentuk aksara Prasasti Gajah Mada ini lazim digunakan pada prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-13-14 Masehi. Ini sesuai dengan pertanggalan prasasti itu, yakni 1273 Saka atau 1351 Masehi.
Mau tahu apa kesalahan si pembuat duplikasi? Perhatikan prasasti batu terlebih dulu, tidak usah banyak-banyak. Lalu perhatikan prasasti kuno pada emas. Bandingkan baris pertama pada prasasti batu dengan baris pertama pada prasasti emas.
Buat orang awam bagian yang paling nyata terdapat pada pada baris keempat, sebagaimana tanda panah. Ternyata prasasti pada lembaran emas aksaranya terbalik, jadi harus dibaca dari kanan ke kiri. Prasasti batu tetap dibaca dari kiri ke kanan.
Semoga masyarakat jelas dan tidak ada yang tertipu. Duplikasinya salah, harganya tinggi. Mulai sekarang hati-hati, tanyakan kepada orang yang mengerti terlebih dulu. Jangan asal beli, apalagi terbujuk rayu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H