Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lembaran Emas Bertulisan Kuno Hasil Wangsit Banyak Ditawarkan ke Kolektor

29 Maret 2022   13:16 Diperbarui: 31 Maret 2022   05:30 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Gajah Mada di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.111 (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Begitu juga dengan lembaran emas bertulis itu. Kalau dilihat sepintas memang kuno. Ada tulisan beraksara dewa yang sulit dimengerti masyarakat masa kini. Ada gambar fantastis menunjukkan keterampilan karya seni sangat tinggi. Terbuat dari emas sehingga menunjukkan harga yang mahal. Apalagi dibumbui Universitas Hamburg dan uji laboratorium. Kemungkinan ia tertipu penjual nakal. Tipu-tipu untuk mencari keuntungan.

Prasasti Gajah Mada di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.111 (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Prasasti Gajah Mada di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.111 (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Prasasti Gajah Mada

Fenomena penduplikasian koleksi sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Sayang karya kreatif ini dimanfaatkan untuk mengelabui orang atau kolektor dengan motif ekonomi. Modal murah dijual mahal, begitulah. 

Silakan baca tulisan berikut [Banyak Prasasti Palsu dari Lembaran Emas untuk Menipu Kolektor].

Banyak arkeolog yang menekuni epigrafi sudah beberapa kali mendengar kasus ini. Biasanya sumber untuk membuat duplikasi adalah Prasasti Gajah Mada yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Sebagian menyebutnya Prasasti Singosari karena ditemukan pada 1904 di dekat Candi Singosari, Malang. Dinamakan Prasasti Gajah Mada karena menyebutkan seorang tokoh bernama Mpu Mada atau Gajah Mada. Di antara banyak prasasti, inilah tulisan terbagus dan terjelas, meskipun sudah berusia ratusan tahun.

Prasasti Gajah Mada memiliki 17 baris tulisan hanya pada sisi depan (recto). Aksara dan bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna. Bentuk aksara Prasasti Gajah Mada ini lazim digunakan pada prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-13-14 Masehi. Ini sesuai dengan pertanggalan prasasti itu, yakni 1273 Saka atau 1351 Masehi.

Mau tahu apa kesalahan si pembuat duplikasi? Perhatikan prasasti batu terlebih dulu, tidak usah banyak-banyak. Lalu perhatikan prasasti kuno pada emas. Bandingkan baris pertama pada prasasti batu dengan baris pertama pada prasasti emas.

Buat orang awam bagian yang paling nyata terdapat pada pada baris keempat, sebagaimana tanda panah. Ternyata prasasti pada lembaran emas aksaranya terbalik, jadi harus dibaca dari kanan ke kiri. Prasasti batu tetap dibaca dari kiri ke kanan.

Semoga masyarakat jelas dan tidak ada yang tertipu. Duplikasinya salah, harganya tinggi. Mulai sekarang hati-hati, tanyakan kepada orang yang mengerti terlebih dulu. Jangan asal beli, apalagi terbujuk rayu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun