Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kapan Sih Minyak Goreng Dikenal di Nusantara?

26 Maret 2022   14:59 Diperbarui: 2 April 2022   10:36 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyebutan makanan/bertanda panah merah (Sumber: Early Tenth Century Java from the Inscriptions) 

Awal 2022 masalah minyak goreng muncul lagi di negara kita. Masyarakat berbondong-bondong menyerbu pasar atau swalayan yang menjual minyak goreng. Dampaknya, ada pemalsuan minyak goreng. Bahkan beberapa orang diberitakan meninggal ketika sedang mengantre minyak goreng. 

Masalah kelangkaan minyak goreng atau harga yang meroket selalu muncul hampir setiap tahun. Belum lagi barang dagangan lain seperti telur, garam, cabai, dan kedelai.

Saya tidak berbicara soal mafia minyak goreng, penimbun minyak goreng, atau kartel minyak goreng. Saya coba menelusuri kapan sih minyak goreng dikenal di Nusantara atau Indonesia.

Dari sebuah sumber saya baca, minyak goreng sudah dikenal di Mesir kuno sekitar 2.500 Sebelum Masehi. Sumber lain menyebutkan 1.200 Sebelum Masehi. Abaikan saja itu karena tujuan utama adalah mengetahui keberadaan minyak goreng di Nusantara.

Isi Prasasti Rukam yang menyebut makanan (Sumber: Tiga Prasasti dari Masa Balitung)
Isi Prasasti Rukam yang menyebut makanan (Sumber: Tiga Prasasti dari Masa Balitung)

Prasasti Rukam

Saya coba menelusuri referensi dari prasasti kuno. Beberapa tulisan tentang prasasti abad ke-9 dan ke-10 ada beberapa buah. Di dalam prasasti itu, ada penyebutan makanan. Makanan itu disajikan pada upacara penetapan sima yang dilakukan oleh seorang pejabat.

Ternyata ada bagian yang belum terbaca, mungkin aksaranya sudah aus atau hilang. Maklum batu bertulis itu sudah berusia ratusan tahun sehingga tidak tahan terhadap cuaca. 

Ada kata yang sudah terbaca, namun para epigraf (pakar membaca tulisan kuno) belum mengetahui arti dari istilah tersebut. Maklum Bahasa Jawa Kuno, bahasa dalam prasasti itu, sudah menjadi bahasa mati.

Dari kata-kata yang terbaca dan teridentifikasi, rata-rata makanan yang disajikan itu dimasak dengan cara dibakar, dipanggang, dikeringkan, dan diasinkan. 

Beberapa di antaranya dimakan begitu saja karena berupa lalapan. Belum ada sebutan makanan yang digoreng atau gorengan. Atau bisa saja sudah ada, namun kita belum tahu padanan kata-kata Jawa Kuno tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun