Prasasti itu berasal dari Singosari, Kabupaten Malang. Sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta, dengan nomor registrasi D-103.
Prasasti Linggasuntan terpahat di atas batu, dengan aksara Kawi dan berbahasa Jawa Kuno. Prasasti ini dikeluarkan pada tanggal 12 Krsnapaksa, bulan Bhadrawada tahun 851 aka, identik dengan Kamis Pahing, 3 September 929 Masehi.
Bagian awal prasasti menyebutkan nama Sri Maharaja Rake Hino pu Sindok Sri Isanawikramadharmmotunggadewa (Mpu Sindok).
Nah, nama Mpu Sindok juga disebutkan dalam Prasasti Gemekan di Trowulan. Berarti kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno yang berpindah dari Jawa Tengah karena letusah gunung berapi, semakin luas.
Gundukan tanah
Pada awalnya Situs Srigading dikenal dengan sebutan Cegumuk oleh warga sekitar. Gumuk berarti sebuah gundukan tanah.
Situs tersebut ditemukan sekitar 1985. Ketika itu yoni dan sejumlah arca berada di atas gundukan tersebut.
Pada awal Februari 2020, BPCB Jawa Timur mulai melakukan ekskavasi. Seperti halnya Situs Gemekan yang berada di persawahan warga, Situs Srigading berada di tengah perkebunan tebu.
BPCB Jawa Timur memastikan bahwa bangunan itu merupakan sebuah candi yang menghadap ke arah timur atau Gunung Semeru.
Adanya temuan arca tentu saja sangat penting. Hal ini menunjukkan Candi Srigading merupakan salah satu candi tertua di Malang bahkan di Jawa Timur.
Sejauh ini kita masih tetap harus menunggu kajian tim arkeologi. Beberapa temuan akan dibersihkan lalu dibawa ke laboratorium. Semoga nantinya kita akan mendapatkan narasi sejarah yang lebih lengkap.