Penuh air
Pada 2021 ada beberapa kotak galian yang dibuka tim peneliti. Umumnya setiap kotak galian penuh air. Untuk itu peran mesin penyedot air sangat penting. Banyak artefak ditemukan dari situs itu, seperti sisa tumbuhan, arca Ganesha, keramik, koin, ijuk, kayu berinskripsi, dan kaca. Dari benda-benda tersebut diketahui Situs Bongal memiliki tarikh abad VII-IX.
Untuk memperkuat dugaan, ada 15 sampel artefak dibawa ke laboratorium di Amerika Serikat dan Selandia Baru. Hasilnya memiliki tarikh abad VII-IX. Namun ada beberapa yang lebih muda, bahkan ada sisa tumbuhan yang berasal dari masa 1900-an terlihat ketika diangkat tumbuh kecambah.
Banyak sisa kayu nibung di dalam kotak galian. Menurut Pak Fadhlan, sejauh ini belum diketahui apa fungsi kayu itu, apakah bagian dari konstruksi dermaga ataukah rumah. Pak Fadhlan berharap dalam beberapa hari ini, fungsi kayu tersebut akan terungkap.
Banyak temuan masyarakat, menurut Pak Fadhlan, dikumpulkan di sebuah rumah dekat jembatan. Diharapkan nanti museum akan dibangun di sekitar lokasi. Kemarin Pak Ery dan tim melakukan sosialisasi situs kepada masyarakat sekitar. Sebelumnya sosialisasi pernah dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, yang wilayah kerjanya mencakup Aceh dan Sumatera Utara.
Sudah seharusnya Situs Bongal dilestarikan. Banyak potensi ilmu pengetahuan termasuk pariwisata terdapat di sana. Adanya Situs Bongal pasti akan memperkaya sejarah Sumatera. Mungkin Bongal menjadi pelabuhan penting ketika itu, siapa tahu. Setelah Bongal redup, kegiatan perekonomian beralih ke Barus. Sejak lama nama Barus sudah populer karena berbagai penelitian sering berlangsung di sana.
Jika menjadi pelabuhan penting, tentu akan menjadi data tambahan buat Jalur Rempah, yang saat ini sedang dikumandangkan menjadi warisan dunia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H