Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Pulo Mas 1970-an, Nonton Pacuan Kuda Sambil Taruhan

4 Februari 2022   19:16 Diperbarui: 4 Februari 2022   19:20 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacuan kuda di Pulo Mas, 1971 (Sumber: opac.perpusnas.go.id)

Pada 1970-an tempat hiburan di Jakarta masih sedikit. Ketika saya kecil paling-paling diajak ke Museum Pusat yang sekarang bernama Museum Nasional. Nah, pada masa Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977) dibangun lokasi pacuan kuda di daerah Pulo Mas, Jakarta Timur. Dulu daerah ini masih sepi.

Gelanggang pacuan kuda itu cukup luas. Saya pernah beberapa kali nonton di sana. Ada banyak kuda pacu, tentu saja bertubuh tinggi besar. Beda sekali dengan kuda yang biasa terlihat di jalan. Ketika itu masih ada delman yang menarik penumpang.

Saya lupa apakah pacuan diadakan setiap hari atau hanya pada akhir pekan, seperti Sabtu dan Minggu. Penonton dikenakan karcis masuk. Sebagai tempat rekreasi, keberadaan gelanggang pacuan kuda cukup menghibur pengunjung.

Saya pernah lihat-lihat kandang di sana. Wow cukup banyak kuda pacu. Kuda-kuda pacu itu didatangkan dari Australia. Sebagaimana kompas.id, kuda-kuda pacu itu nantinya akan dikembangbiakkan di Indonesia. 

"Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin optimistis, berkaca pada pengalaman Jepang yang pernah mengimpor 6.000 kuda pacuan, setelah dikembangbiakkan, Jepang mampu mengekspor kuda pacuan," demikian kompas.id.

Lebih lanjut dikatakan, keberadaan pacuan kuda ini nantinya akan memberikan efek ekonomi pada Jakarta, seperti berkembangnya industri rakyat pembuatan pelana, penanaman rumput, dan suguhan atraksi yang menarik di sektor pariwisata.

Perlombaan pertama, menurut kompas.id, digelar 21 Juni 1971. Ini tentu untuk menyambut HUT Jakarta.  Pulo Mas pun heboh. Sebelumnya menjadi 'tempat jin buang anak' tapi setelah ada gelanggang pacuan kuda berubah menjadi 'tempat jin bikin anak', hehehe..

Jakarta Internasional Equestrian Park di Pulomas diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis (2/8/2018).(KOMPAS.com/JESSI CARINA)
Jakarta Internasional Equestrian Park di Pulomas diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis (2/8/2018).(KOMPAS.com/JESSI CARINA)

Judi

Pada awal saya diajak ke Pulo Mas, tentu saja pacuan kuda merupakan barang baru. Jadi penonton selalu melimpah. Dalam perlombaan, kuda-kuda pacu itu dimasukkan dalam tempat khusus. Mungkin ada 6-10 kuda yang ikut berlomba. Setiap kuda diberi nomor.

Setelah diberikan aba-aba oleh wasit, pintu pun dibuka. Serentak setiap kuda berlari sekencang-kencangnya menurut arahan joki yang naik di atasnya. Mungkin jarak tempuhnya sekitar 1.000 meter.

Kuda dan joki yang mencapai garis finish terlebih dulu dianggap sebagai pemenang. Penonton pun pasti tahu siapa pemenang karena ada nomor di punggung kuda.

Nah, karena ada nomor punggung, jadilah pacuan kuda menjadi ajang taruhan. Taruhan resmi dilakukan di loket khusus dengan menebak atau memasang nomor yang kita anggap kuda hebat. Jika tebakan tepat, tentu kita akan mendapat hadiah. Saya lupa besarnya berapa tapi beberapa kali lipat dari uang yang kita pertaruhkan.   

Karena ada unsur judinya, maka lama-kelamaan kegiatan pacuan kuda dilarang pemerintah. Akibatnya selama bertahun-tahun lokasi bekas gelanggang pacuan menjadi terbengkalai. Secara tidak resmi, lokasinya kemudian menjadi tempat belajar mengemudikan mobil. Bahkan kuda sewaan yang dapat ditunggangi anak-anak muncul di area Pulo Mas.

Lokasi tersebut menjadi perhatian kembali ketika Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sejak itu dicanangkan menjadi lokasi pacuan kuda bertaraf internasional bernama Jakarta International Equestrian Park (JIEP). JIEP menjadi venue Asian Games untuk perhelatan tiga cabang "Equestrian Olympic", yakni tunggang serasi (dressage), lompat rintangan (jumping), dan trilomba (eventing).

Tidak jauh dari gelanggang pacuan kuda, ada gelanggang olahraga bersepeda yang disebut velodrome. Kini kedua gelanggang telah bertaraf internasional. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama stasiun LRT. Nama Stasiun Velodrome dan Stasiun Equestrian sudah akrab di telinga pengguna setia LRT jurusan Velodrome-Kelapa Gading.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun