Kuda dan joki yang mencapai garis finish terlebih dulu dianggap sebagai pemenang. Penonton pun pasti tahu siapa pemenang karena ada nomor di punggung kuda.
Nah, karena ada nomor punggung, jadilah pacuan kuda menjadi ajang taruhan. Taruhan resmi dilakukan di loket khusus dengan menebak atau memasang nomor yang kita anggap kuda hebat. Jika tebakan tepat, tentu kita akan mendapat hadiah. Saya lupa besarnya berapa tapi beberapa kali lipat dari uang yang kita pertaruhkan. Â Â
Karena ada unsur judinya, maka lama-kelamaan kegiatan pacuan kuda dilarang pemerintah. Akibatnya selama bertahun-tahun lokasi bekas gelanggang pacuan menjadi terbengkalai. Secara tidak resmi, lokasinya kemudian menjadi tempat belajar mengemudikan mobil. Bahkan kuda sewaan yang dapat ditunggangi anak-anak muncul di area Pulo Mas.
Lokasi tersebut menjadi perhatian kembali ketika Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sejak itu dicanangkan menjadi lokasi pacuan kuda bertaraf internasional bernama Jakarta International Equestrian Park (JIEP). JIEP menjadi venue Asian Games untuk perhelatan tiga cabang "Equestrian Olympic", yakni tunggang serasi (dressage), lompat rintangan (jumping), dan trilomba (eventing).
Tidak jauh dari gelanggang pacuan kuda, ada gelanggang olahraga bersepeda yang disebut velodrome. Kini kedua gelanggang telah bertaraf internasional. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama stasiun LRT. Nama Stasiun Velodrome dan Stasiun Equestrian sudah akrab di telinga pengguna setia LRT jurusan Velodrome-Kelapa Gading.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H