Api
Sesungguhnya rumah tradisional yang berbahan dasar kayu dan bambu lebih tahan gempa daripada rumah batu. Namun, rumah kayu atau bambu tidak tahan api. Pada 2007, misalnya, Istana Pagaruyung di Sumatera Barat terbakar karena atapnya tersambar petir. Api segera merambat ke mana-mana dan akhirnya Istana Pagaruyung rata dengan tanah. Istana Pagaruyung kemudian dibangun kembali dan selesai pada 2013.
Beberapa rumah adat di NTT juga pernah terbakar. Inilah rawannya rumah berbahan kayu atau bambu. Selain dari petir, api bisa berasal dari petasan. Atau dari semacam bom molotov apabila ada tawuran antarsuku yang menyasar rumah kayu.
Sewaktu gempa Banten kemarin, rumah-rumah Suku Baduy selamat dari guncangan. Rumah mereka berbahan kayu dan bambu. Sekali lagi terbukti kuat.
Yang jelas, kunci utama pembuatan rumah tradisional terletak pada bahan (kayu atau bambu) dan teknik sambungan agar lentur atau fleksibel. Namun masalahnya, kalau banyak rumah terbuat dari kayu atau bambu, mungkinkah terjadi kerusakan lingkungan? Ini perlu pemikiran secara bijak bagaimana penanaman dan pengolahan bahan-bahan tersebut.
Untuk tahap pertama, sebaiknya rumah-rumah kayu atau bambu dibangun di daerah rawan gempa. Peta wilayah gempa tentu bisa ditanyakan ke instansi terkait, semisal BMKG. Belajar dari gempa di tanah air, rumah kayu atau bambu ternyata tidak mudah roboh.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H