Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Timbangan, Sumber Sejarah Perdagangan Masa Lalu

18 November 2021   18:42 Diperbarui: 19 November 2021   11:30 1954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi timbangan. (sumber: pixabay.com/mamaclown)

Timbangan hampir selalu dihubungkan dengan kegiatan perekonomian atau perdagangan untuk mengukur berat barang. 

"Bang beli bawang 3 kilo," begitulah kalau ibu-ibu belanja di pasar. Sebagai pengukur berat, timbangan memiliki berbagai bentuk dan ukuran. Dari yang tradisional atau manual hingga modern atau digital.

Namun siapa menyangka kalau timbangan bisa menjadi sumber sejarah atau untuk mengetahui seluk-beluk perdagangan di masa lalu, termasuk sejarah metrologi, sejak masa Hindia-Belanda. Batavia, nama lama sebelum Jakarta, dulu memang dikenal sebagai kota dagang.  

Timbangan masa Hindia-Belanda (Sumber: tangkapan layar Youtube Museum Kesejarahan Jakarta)
Timbangan masa Hindia-Belanda (Sumber: tangkapan layar Youtube Museum Kesejarahan Jakarta)

Berbagai bentuk timbangan

Beberapa timbangan sudah ditemukan dengan berbagai bentuk dan macam-macam kegunaannya, di antaranya Timbangan Besar dengan Lidah atau "Evenaar". 

Timbangan ini digunakan sekitar 1900-1930. Timbangan yang terbuat dari kuningan ini diperkirakan dibuat di Jerman dan berasal dari periode VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Timbangan seperti ini ditemukan di berbagai daerah, salah satunya di Semarang.

Berbeda lagi dengan timbangan dengan dua lengan sama panjang yang berumur lebih tua, diperkirakan berasal dari abad ke-16. 

Timbangan ini berguna untuk menimbang berbagai hasil pertanian dan perkebunan. Berbagai timbangan lain juga ditemukan seperti timbangan berbentuk tabung, atau standar ukuran berat berbahan perunggu ini dibuat oleh Andreas Zikkengeist di Neurenberg, Jerman pada 1747.

Beberapa jenis dan ukuran batu timbangan (Sumber: tangkapan layar Youtube Museum Kesejarahan Jakarta)
Beberapa jenis dan ukuran batu timbangan (Sumber: tangkapan layar Youtube Museum Kesejarahan Jakarta)

Ditemukan pula Dacing, sebuah alat seperti timbangan lengan. Dacing ini dibeli di Batavia pada 13 Mei 1941.  

Selain itu banyak ditemukan batu timbangan sebagai pemberat dengan berbagai ukuran yang sangat variatif disesuaikan dengan kebutuhan takar suatu barang.

Pameran temporer

Timbangan dari Kesultanan Banjarmasin di Museum Nasional (Sumber: travel.detik.com)
Timbangan dari Kesultanan Banjarmasin di Museum Nasional (Sumber: travel.detik.com)

Berbagai jenis timbangan sebagaimana di atas bisa disaksikan dalam pameran temporer di Museum Kesejarahan Jakarta atau dikenal sebagai Museum Fatahillah. 

Museum ini terletak di kawasan kota tua Jakarta. Pembukaan pameran dilakukan pada 16 November 2021 oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana.

Sebelumnya Kepala Museum Kesejarahan Jakarta, Esti Utami, memberikan sambutan. "Pameran ini diselenggarakan pada 16-30 November 2021 berkat kerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi," kata Esti Utami. 

Ia menambahkan kalau pameran juga akan dilakukan secara virtual lewat media-media sosial. Maklum, dalam masa pandemi yang belum berakhir ini, museum hanya dibuka untuk kunjungan terbatas dengan protokol kesehatan ketat.

Jika belum puas melihat timbangan di Museum Kesejarahan Jakarta, silakan berkunjung ke Museum Nasional. Cuma sekali naik bus TransJakarta dari halte Kota menuju Halte Monumen Nasional. 

Di sana ada timbangan besar yang berasal dari Kesultanan Banjarmasin sehingga disebut timbangan Banjar. Timbangan itu terbuat dari tembaga dan kayu. Dulu digunakan untuk mengukur besaran pajak pertanian dengan cara membandingkan berat badan raja dengan bobot produk hasil pertanian.  

Bayangkan kalau bentuk badan raja tinggi besar dan gemuk. Tentu pajak yang dibayarkan akan lebih besar. Tapi itulah keunikan dari masa lalu.

Saat ini sudah banyak produksi timbangan digital dengan berbagai ukuran. Karena itu timbangan tradisional tetap menarik.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun