Selain itu banyak ditemukan batu timbangan sebagai pemberat dengan berbagai ukuran yang sangat variatif disesuaikan dengan kebutuhan takar suatu barang.
Pameran temporer
Berbagai jenis timbangan sebagaimana di atas bisa disaksikan dalam pameran temporer di Museum Kesejarahan Jakarta atau dikenal sebagai Museum Fatahillah.Â
Museum ini terletak di kawasan kota tua Jakarta. Pembukaan pameran dilakukan pada 16 November 2021 oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana.
Sebelumnya Kepala Museum Kesejarahan Jakarta, Esti Utami, memberikan sambutan. "Pameran ini diselenggarakan pada 16-30 November 2021 berkat kerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi," kata Esti Utami.Â
Ia menambahkan kalau pameran juga akan dilakukan secara virtual lewat media-media sosial. Maklum, dalam masa pandemi yang belum berakhir ini, museum hanya dibuka untuk kunjungan terbatas dengan protokol kesehatan ketat.
Jika belum puas melihat timbangan di Museum Kesejarahan Jakarta, silakan berkunjung ke Museum Nasional. Cuma sekali naik bus TransJakarta dari halte Kota menuju Halte Monumen Nasional.Â
Di sana ada timbangan besar yang berasal dari Kesultanan Banjarmasin sehingga disebut timbangan Banjar. Timbangan itu terbuat dari tembaga dan kayu. Dulu digunakan untuk mengukur besaran pajak pertanian dengan cara membandingkan berat badan raja dengan bobot produk hasil pertanian. Â
Bayangkan kalau bentuk badan raja tinggi besar dan gemuk. Tentu pajak yang dibayarkan akan lebih besar. Tapi itulah keunikan dari masa lalu.
Saat ini sudah banyak produksi timbangan digital dengan berbagai ukuran. Karena itu timbangan tradisional tetap menarik.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H