Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sejarah Pembentukan Organisasi Museum di Jakarta "Paramita Jaya"

10 November 2021   16:10 Diperbarui: 11 November 2021   01:04 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap 10 November kita selalu memeringati Hari Pahlawan. Buat insan permuseuman di Jakarta, 10 November dikenang sebagai Hari Paramita Jaya, sebuah nama yang bermakna "Perhimpunan Antar Museum di DKI Jakarta Raya". Berdirinya Paramita Jaya disahkan pada 10 November 1987.

Dalam rangka menjadikan Jakarta sebagai Kota Budaya dan Tujuan Wisata, maka objek-objek wisata di Jakarta senantiasa harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Objek-objek wisata tersebut salah satunya adalah museum-museum.

Di wilayah DKI Jakarta terdapat 29 museum dengan ciri-ciri tersendiri serta dikelola oleh instansi yang berbeda-beda, baik oleh Pemerintah Pusat, Pemda DKI Jakarta, ABRI dan POLRI maupun yang dikelola oleh pihak swasta.

"Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan museum-museum DKI Jakarta serta menjalin kerja sama dalam berbagai bidang seperti penyelenggaraan pameran, ceramah, seminar, diskusi, penataran/kursus/pendidikan permuseuman, serta acara-acara lainnya, maka pada 10 November 1987 telah disepakati bersama pembentukan Perhimpunan Antar Museum di DKI Jakarta Raya disingkat Paramita Jaya," demikian alasan dan tujuan pembentukan organisasi museum Paramita Jaya sebagaimana termuat dalam Bulletin Paramita Jaya 1988.

Buletin Paramita Jaya 1988 dengan logo berbentuk tiga paduraksa karya Candrian Attahiyyat (Dokpri)
Buletin Paramita Jaya 1988 dengan logo berbentuk tiga paduraksa karya Candrian Attahiyyat (Dokpri)

Mati suri

Pembentukan Paramita Jaya dimotori oleh Kepala Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta Razak Manan dan Direktur Museum Bambang Soemadio.

Pada awalnya yang tergabung dalam Paramita Jaya adalah kepala-kepala museum. Namun kemudian terjadi kendala apabila kepala museum dimutasi ke tempat lain. Apalagi kalau ybs menjabat sebagai pengurus Paramita Jaya. Beberapa kali Paramita Jaya seperti mati suri karena ditinggalkan sejumlah pengurus.

Barulah beberapa tahun terakhir ini terjadi perubahan keanggotaan. Selain kepala museum, mereka yang tergabung dalam Paramita Jaya adalah staf museum, pemerhati museum, dan komunitas museum. Termasuk ke dalam museum adalah galeri dan monumen. Sejak itu Paramita Jaya selalu mengusung nama Mugalemon, singkatan dari Museum, Galeri, dan Monumen.

Masa awal museum-museum yang dikelola Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Dokpri)
Masa awal museum-museum yang dikelola Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Dokpri)

Berkembang

Semakin tahun, jumlah museum di Jakarta semakin berkembang. Sebagaimana informasi 1988, baru ada tiga museum yang berada di bawah Depdikbud, sekarang Kemdikbudristek. 

Ketiga museum itu adalah Museum Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, dan Museum Sumpah Pemuda. Pada 1990-an jumlah museum di bawah Kemdikbudristek bertambah Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Basoeki Abdullah, dan Galeri Nasional.

Saat ini 60-an museum, galeri, dan monumen tergabung dalam Paramita Jaya. Sebelum pandemi Covid, Paramita Jaya membuat acara Temu Mugalemon setiap bulan di tempat yang berbeda. Namun sejak pandemi, kegiatan dilakukan secara daring.

Bersama Barahmus (Badan Musyawarah Museum) DIY dan Himusba (Himpunan Museum-museum di Bali) Bali, Paramita Jaya menjadi 'tiga tokoh sentral' dalam kegiatan Asosiasi Museum Indonesia (AMI).

Semoga Paramita Jaya dan organisasi permuseuman lain mampu menghidupkan museum-museum, terutama museum swasta, yang terkena dampak pandemi. Kita harus saling toleransi dan gotong royong demi memajukan museum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun