Batik berhubungan dengan busana. Sedangkan perhiasan adalah pelengkap dalam berbusana, juga sebagai pembeda status sosial masyarakat pada masa lalu hingga sekarang. Hal ini tergambar dalam relief-relief candi pada masa Hindu-Buddha. Â
Menurut Terry Wijaya Supit, perhiasan muncul sebagai ungkapan rasa keindahan yang dipengaruhi oleh lingkungan saat perhiasan itu diciptakan. Zaman dulu perhiasan dibuat dengan filosofi-filosofi tertentu sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat yang banyak bersinggungan dengan kepercayaan saat itu.
Pada awalnya bahan yang digunakan untuk perhiasan sangat sederhana dan mudah ditemui dari alam sekitar seperti daun, bunga, buah, kayu, batu, dan tulang. Di masa perundagian, masyarakat telah mengenal perhiasan berupa gelang kaki, gelang tangan, kalung, topi, dan senjata yang terbuat dari bahan logam tuang seperti tembaga. "Pada masa Hindu-Buddha, seni perhiasan berkembang dengan ditemukannya perhiasan dari bahan kaca, tembaga, dan emas yang berfungsi juga sebagai sarana pelengkapan dalam upacara ritual," demikian Terry.
Banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia, mempengaruhi teknik dan ragam hias perhiasan Indonesia yang ada. Pengaruh-pengaruh itu, menurut Terry, berasal dari budaya lokal setempat, budaya Hindu-Buddha, budaya India, budaya Tiongkok, hingga budaya Islam dan budaya Eropa.
Sementara soal fungsi perhiasan, kata Terry, sebagai bekal kubur, sebagai penolak bala, sebagai sarana pengobatan, sebagai simbol status, dan sebagai perlengkapan penari.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H