Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali. Yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera.
Pada 2020 lalu, Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark karena memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal. Terutama dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati yang diakui oleh negara anggota UNESCO.
Keindahan Danau Toba memang luar biasa. Inilah Wonderful Indonesia di luar Borobudur, Prambanan, dan Bali, kawasan wisata yang sering dikunjungi wisatawan.
Sejak lama Danau Toba yang terletak di Pulau Samosir, menjadi daya tarik pariwisata di Sumatera Utara. Selain alam, Danau Toba memiliki daya tarik lain, seperti tinggalan arkeologi dan tinggalan budaya. Di sana ada permukiman tradisional, sarkofagus, meja batu, lumpang batu, arca megalitik, dan lain-lain.
Berkala Arkeologi Sangkhakala (Maret 2010), mengatakan permukiman tradisional Batak sering disebut huta. Huta selalu berada di lereng bukit atau gunung. Kawasan tinggi dipilih karena lokasi tersebut tidak dipergunakan sebagai persawahan. Menariknya, pembangunan huta memperhatikan kearifan tradisional dan lingkungan. Huta penuh perhitungan arsitektur dan bermakna filosofis.
Rumah adat
Di Pulau Samosir juga terdapat kubur-kubur sekunder seperti sarkofagus, tempayan batu, kubus batu, dan kubur palung batu. Tinggalan dari masa lalu itu berukuran cukup besar.
Ada yang menarik di Pulau Samosir. Di sana terdapat rumah adat Batak Toba. Rumah itu tidak dibangun sembarangan, melainkan harus diiringi pesta memotong kerbau atau babi. Lalu kepala dan darah binatang tersebut ditanam di bagian bawah umpak yang terdapat di salah satu sudut. Rumah adat dihiasi berbagai pahatan atau gambar. Yang dianggap penting adalah cicak, dipercaya sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran.