Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patung Dirgantara atau Patung Pancoran, Hasil Utang Pemerintah kepada Edhi Sunarso yang Belum Terbayar

10 Mei 2021   17:02 Diperbarui: 29 Mei 2022   19:37 2920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi patung sebelum konservasi/kiri dan setelah konservasi/kanan (Foto: Buku Konservasi Patung Dirgantara, Pusat Konservasi Cagar Budaya, 2015)

Dikhawatirkan pula Patung Dirgantara akan kehilangan kesan monumental. Apalagi Patung Dirgantara belum dinyatakan secara tertulis sebagai cagar budaya, sehingga kurang mendapat perlindungan.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah kemudian menunjuk konsultan untuk merelokasi patung tersebut. Dalam rancangannya konsultan mengajukan empat alternatif. Pertama, lokasi monumen tetap, tetapi pedestal ditinggikan. Kedua, lokasi dipindah sebelah selatan perempatan, pedestal ditinggikan. Ketiga, lokasi dipindah ke sudut lahan bekas MBAU, pedestal ditinggikan. Keempat, lokasi dan pedestal tetap, dilakukan penataan lansekap dan lingkungan sekitar. Akhirnya alternatif keempat yang dipilih, sehingga Patung Dirgantara masih tetap berada di lokasi asli.  

Model Patung Dirgantara berbahan gypsum (Foto: Buklet Pameran Selamatkan Bukti Sejarah, Balai Konservasi, 2011)
Model Patung Dirgantara berbahan gypsum (Foto: Buklet Pameran Selamatkan Bukti Sejarah, Balai Konservasi, 2011)
Model dari Gypsum

Sejak 1970 Patung Dirgantara tidak pernah mendapat perawatan yang memadai, tentu saja karena letaknya yang tinggi dan kurangnya tenaga terampil. Akibatnya terjadi penumpukan debu dan kotoran. Belum lagi gas yang menempel pada permukaan patung akibat asap kendaraan, penggaraman, korosi, dan jasad renik pada permukaan.

Patung Dirgantara pernah beberapa kali dikonservasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta. Pada 1994 Disparbud sempat menghadirkan Edhi Sunarso untuk mengetahui teknologi yang digunakan pada saat patung tersebut dibuat.

Ternyata ada informasi menarik yang diperoleh Disparbud. Menurut Edhi Sunarso, ia pernah membuat patung model sebagai bahan paparan di hadapan Presiden Soekarno untuk mendapatkan persetujuan. Patung model tersebut kemudian ia serahkan kepada Museum Seni Rupa dan Keramik pada 1977 untuk dipamerkan.

Selama bertahun-tahun patung model ini terlupakan. Setelah 1994 usaha pencarian dilakukan. Akhirnya patung model ditemukan di dalam storage Museum Seni Rupa dan Keramik di Taman Fatahillah sekarang. Kondisinya sudah sangat rusak, sayang patahan tangan dan sayapnya belum ditemukan.

"Patung model Dirgantara sebagai bukti sejarah ini wajib diselamatkan dari ancaman kerusakan yang lebih parah. Ancamannya berupa kerapuhan pada partikel gypsum yang diperkuat kawat. Demikian juga cat minyak yang melapisi seluruh permukaan gypsum mulai rontok akibat kurang senyawa," demikian Candrian Attahiyyat, pensiun Balai Konservasi Disparbud DKI Jakarta yang pernah melakukan konservasi terhadap patung model tersebut. Sejak 2014 instansi itu berubah nama menjadi Pusat Konservasi Cagar Budaya.

Patung model Dirgantara beratnya hampir 75 kilogram dengan ketinggian patung 60 sentimeter atau berskala hampir sepertiga ukuran orang sebenarnya.  

Konservasi Patung Dirgantara, termasuk beberapa patung lain, terakhir dilakukan pada September 2014. Didiagnosis kondisi patung sudah sangat kronis. Ini karena patung terletak di ruang publik terbuka secara langsung, sehingga membuat kondisi patung terpolusi zat-zat berbahaya yang bersifat korosif.  Bahkan sebagian permukaan patung mengalami keausan, teroksidasi, dan terkorosi sebagai akibat adanya penggaraman.

Sang pembuat telah tiada. Namun patung ini tetap akan dikenang sepanjang masa. Yang paling berkesan tentu saja, hutang pemerintah sekitar enam juta rupiah kepada Edhi Sunarso yang belum terbayar. Dan lagi, patung tersebut tidak pernah diresmikan oleh pejabat yang berkuasa.***  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun