Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelusuri Makam Tokoh Pendiri Batavia (Sekarang Jakarta) J.P. Coen

1 April 2021   15:27 Diperbarui: 29 Mei 2022   19:35 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam di areal Museum Wayang sekarang yang diekskavasi pada 1938 (Foto: Laporan Oudheidkundige Dienst 1938 melalui Argi di Facebook)

Bila membaca buku-buku sejarah, kita pasti tahu bahwa dulu di Nusantara pernah ada kongsi dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Masyarakat awam mengenalnya dengan nama Kompeni atau Kumpeni, dari kata Compagnie. Salah seorang tokoh VOC paling dikenal adalah Jan Pieterszoon Coen, biasa disingkat J.P. Coen. Lagi-lagi masyarakat kita mempunyai sebutan khusus kepada Coen, yakni Mur Jangkung. Coen dikenal sebagai Gubernur Jenderal VOC yang keempat dan keenam. Ia berkuasa pada 1619 -- 1623, dilanjutkan pada 1627 -- 1629.

Coen lahir pada 8 Januari 1587 di Belanda dan meninggal pada 21 September 1629 di Batavia dalam usia 42 tahun. Kemungkinan besar ia meninggal karena wabah kolera.

Yang menjadi pertanyaan, di manakah makam Coen? Maklum, waktu itu ia memiliki jabatan tinggi di VOC.

Prasasti makam tokoh-tokoh VOC di halaman belakang Museum Wayang (Foto: travel.detik.com)
Prasasti makam tokoh-tokoh VOC di halaman belakang Museum Wayang (Foto: travel.detik.com)
Museum Wayang

Ada pendapat Coen dimakamkan di Stadhuis atau Balai Kota, sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta. Museum Sejarah Jakarta berada di kawasan Kota Tua Jakarta, tepatnya di Taman Fatahillah. Dikabarkan pada 1634 makam Coen dipindahkan dari Stadhuis ke Kruiskerk (Gereja Salib).

Nah, di dekat Museum Sejarah Jakarta---masih di kawasan Kota Tua Jakarta---ada Museum Wayang. Bila kita masuk ke dalam museum, pada bagian belakang ada sebuah taman yang tenang. Pada dinding sebelah kanan menempel sebuah prasasti batu untuk mengenang sejumlah pejabat tinggi VOC yang dimakamkan di sini. Prasasti itu ditulis dalam Bahasa Belanda kuno.

Terjemahannya demikian: Pada tempat ini berdirilah 'Gereja Belanda Lama' atau Gereja Salib dari (tahun) 1640 sampai 1732, dan 'Gereja Belanda Baru' dari (tahun) 1736 sampai 1808. Dalam gereja-gereja ini dan di halaman sekitarnya---'Pemakaman Belanda'---pada (tahun) 1634, Jan Pieterszoon Coen, pendiri Kota Batavia, mendapat tempat istirahat yang terakhir, seperti juga 18 gubernur-jenderal yang disebutkan di samping itu dan sejumlah pejabat tinggi Kumpeni bersama banyak istri serta anggota-anggota keluarga mereka (Heuken, Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, hal. 94).

Museum Wayang diresmikan pada 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Museum berdiri di atas tanah bekas Gereja Belanda Lama dan Gereja Belanda Baru. Heuken dalam buku itu menulis bahwa gedung bekas gereja itu dibeli pada 1937 oleh Bataviaasch Genootschap dan diubah menjadi Stedelijk Museum (Museum Kota).

Soal gereja, menurut Heuken pernah ada Oude Hollandse Kerk atau Gereja Belanda Lama (1632/40-1732). Nieuwe Hollandse Kerk Atau Gereja Belanda Baru dibangun pada 1736. Setelah retak akibat gempa bumi, pada 1808 gereja itu dibongkar atas perintah Daendels.

Disayangkan Daendels tidak memedulikan makam-makam di dalam dan di sekeliling gereja. Dengan demikian tidak dapat dipastikan lagi makam siapa, termasuk makam J.P. Coen.

Pada Februari hingga April 1938 Oudheidkundige Dienst atau Dinas Purbakala melakukan ekskavasi di lokasi tersebut. Ini dilakukan untuk menyelesaikan perdebatan panjang tentang letak makam Coen yang selama bertahun-tahun tidak diketahui lagi.  

Makam di areal Museum Wayang sekarang yang diekskavasi pada 1938 (Foto: Laporan Oudheidkundige Dienst 1938 melalui Argi di Facebook)
Makam di areal Museum Wayang sekarang yang diekskavasi pada 1938 (Foto: Laporan Oudheidkundige Dienst 1938 melalui Argi di Facebook)
Kerangka tercampur

Seorang sarjana arkeologi UI, Argi, pernah menelusuri makam Coen lewat referensi lama. Menurut Argi, ada perbedaan pendapat penomoran mengenai letak makam Coen antara Boockesteyn dan Eweke. Dalam catatan, peti mati milik Coen terbuat dari timah.

Sebenarnya pada 1806 ada usulan untuk memindahkan makam dari Gereja Belanda Baru ke pemakaman baru di Museum Taman Prasasti sekarang.  Dalam catatan yang dimiliki oleh pastor Gereja Belanda Baru, Coen berada di ruang makam bernomor 163. Ketika dibuka, mereka menemukan banyak kerangka yang sudah tercampur. Pada saat itu sedikit ada perdebatan mengenai kerangka Coen.

Tulang-tulang yang ditemukan pada ekskavasi 1938 dalam kondisi tercampur (Foto: Laporan Oudheidkundige Dienst 1938 melalui Argi di Facebook)
Tulang-tulang yang ditemukan pada ekskavasi 1938 dalam kondisi tercampur (Foto: Laporan Oudheidkundige Dienst 1938 melalui Argi di Facebook)
Mungkin sekarang perlu diteliti ulang mengingat teknologi semakin berkembang. Tulang-tulang yang banyak itu perlu dipilah milik siapa.

Yang menarik, kata Argi di Facebook, pada saat ekskavasi ditemukan makam milik Diego Fernandes. Makam itu sangat istimewa, karena dulu pemerintah VOC pernah meminjam 40.000 Rijksdaalers dari Diego. Dana itu diambil dari gereja Mardjiker (Gereja Portugis/Sion).

Coen memang gubernur jenderal paling populer di Batavia. Oleh karena itu pemerintah kolonial Belanda pada 1869 pernah mendirikan sebuah monumen dan patung Coen di Lapangan Banteng sekarang.  Namun pada masa pendudukan Jepang, tepatnya pada 7 Maret 1943, patung dari tembaga itu dihancurkan. Uang kertas bergambar Coen pernah diedarkan oleh De Javasche Bank, cikal bakal Bank Indonesia.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun