Seorang sarjana arkeologi UI, Argi, pernah menelusuri makam Coen lewat referensi lama. Menurut Argi, ada perbedaan pendapat penomoran mengenai letak makam Coen antara Boockesteyn dan Eweke. Dalam catatan, peti mati milik Coen terbuat dari timah.
Sebenarnya pada 1806 ada usulan untuk memindahkan makam dari Gereja Belanda Baru ke pemakaman baru di Museum Taman Prasasti sekarang. Â Dalam catatan yang dimiliki oleh pastor Gereja Belanda Baru, Coen berada di ruang makam bernomor 163. Ketika dibuka, mereka menemukan banyak kerangka yang sudah tercampur. Pada saat itu sedikit ada perdebatan mengenai kerangka Coen.
Yang menarik, kata Argi di Facebook, pada saat ekskavasi ditemukan makam milik Diego Fernandes. Makam itu sangat istimewa, karena dulu pemerintah VOC pernah meminjam 40.000 Rijksdaalers dari Diego. Dana itu diambil dari gereja Mardjiker (Gereja Portugis/Sion).
Coen memang gubernur jenderal paling populer di Batavia. Oleh karena itu pemerintah kolonial Belanda pada 1869 pernah mendirikan sebuah monumen dan patung Coen di Lapangan Banteng sekarang. Â Namun pada masa pendudukan Jepang, tepatnya pada 7 Maret 1943, patung dari tembaga itu dihancurkan. Uang kertas bergambar Coen pernah diedarkan oleh De Javasche Bank, cikal bakal Bank Indonesia.***