Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

RIP Prof Hariani Santiko, Arkeolog Pakar Candi dan Seni Arca Kuno

10 Maret 2021   19:17 Diperbarui: 10 Maret 2021   19:41 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa, 9 Maret 2021 saya mendapat pesan WA dari Prof. Agus Aris Munandar. Beliau mengabarkan semalam Ibu Ani (Prof. Hariani Santiko) masuk Rumah Sakit UI. Prof. Hariani adalah pensiunan Guru Besar Arkeologi UI. Sementara Prof. Agus Aris Munandar adalah murid beliau, yang menyandang profesi guru besar pada 2010 lalu.

Rabu, 10 Maret 2021 saya kembali memperoleh WA. Kali ini dari WAG Arkeologi UI. "Ibu Ani meninggal pukul 11.07," demikian bunyi pesan tersebut.

Mungkin banyak orang belum tahu kiprah Prof. Hariani. Beliau bertahun-tahun mengajar bidang Arkeologi Klasik atau masa Hindu-Buddha. Kepakaran beliau di bidang candi atau percandian dan seni arca kuno. Kepakaran beliau semakin lengkap karena beliau menguasai Bahasa Sanskerta. Candi dan Bahasa Sanskerta berasal dari India.

Durga di Jawa

Ibu Ani lahir di Pacitan pada 1940.  Ia lulus dari Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno Indonesia, yang sekarang menjadi Program Studi Arkeologi, pada 1964. Ia menulis skripsi "Sang Mapanji Jayabaya".

Prestasi akademisnya masih berlanjut. Pada 1987 ia menulis disertasi tentang Durga di Jawa dari abad ke-10---15 pada 1987. Durga adalah isteri Dewa Siwa, salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu.

Pada 1995 ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Arkeologi UI. Dosen di Program Studi Arkeologi UI ini dianggap paling berdedikasi. Ibu Ani aktif di Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), baik sebagai pengurus pusat maupun sebagai dewan pengarah.

Buku candi

Ibu Ani sering menulis di berbagai jurnal atau makalah kegiatan ilmiah. Sesekali ia menulis artikel di koran. Soal menulis, kemampuan Ibu Ani cukup tinggi. Hampir semua tulisan beliau tentang Arkeologi Klasik, termasuk soal candi dan arca.

Sebagai pakar candi, kemampuannya tidak diragukan lagi. Bersama Prof. Edi Sedyawati, Ibu Ani pernah menulis dua buku babon terbitan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemendikbud, nama ketika itu. Buku Candi Indonesia Seri Jawa dan Candi Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sumbawa telah terbit ulang beberapa kali.

Pada 1981 saya pernah mengikuti mata kuliah Ikhtisar Kepurbakalaan Indonesia dari beliau. Nah, ada kisah menarik sewaktu kuliah. Waktu itu kuliah menggunakan slide dan proyektor slide. Di antara banyak slide tentang candi, ada mahasiswa yang jahil. Dia selipkan slide bergambar wanita bugil. Gambar tersebut dia ambil dari kalender. Kalender bugil aktris Indonesia sangat populer saat itu.

Pada awal-awal kuliah tidak ada masalah. Begitu di pertengahan ada gambar wanita bugil, kontan Ibu Ani ngamuk. Saya lupa bagaimana proses selanjutnya karena semua mahasiswa tertunduk ketakutan.

Ibu Ani memang selalu serius. Sulit diajak bercanda. Suatu kali, saya hadir untuk acara purnatugas Prof. Soekmono di Kampus FIB Depok pada 1990. Sehabis menyampaikan kuliah perpisahan, mungkin Prof. Soekmono sangat lelah. Akibatnya beliau dikipas-kipas dan diberi minyak penghangat.

Di tengah kesibukan menolong Prof. Soekmono, di antaranya oleh Prof. R.P. Soejono, Prof. Noerhadi Magetsari berkomentar santai, "Hati-hati dipegang Pak Jono, nanti bisa jadi fosil". Pak Jono adalah sebutan akrab Prof. R.P. Soejono. Beliau pakar prasejarah, termasuk fosil-fosil purba.

Spontan Ibu Ani marah kepada Prof. Noerhadi, "Orang lagi sakit dibuat becanda". Prof. Noerhadi hanya cengengesan. Yah, itulah arkeologi.

Dari rumah duka di Jakarta, Ibu Ani dibawa ke Madiun. Selamat beristirahat dengan tenang ibu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun